Sedang penyair-penyair lainnya tak kalah dalam mengagungkan kebesaran ramadan dengan menggambarkan kekhusuan dalam menjalankan perintah itu, seperti Septiannoor dalam cuplikan puisinyaÂ
//Pulang mereka tergesaÂ
Dengan nasi dan sejumlah uang untuk para putra-putri mereka
Pakaian lusuh berjuntai dengan wajah berseri gembira
Ingin segera pulang untuk berbuka
Bersama keluarga meski hanya sedekah hari ini yang mereka terima//, kemudian
Septiannoor melanjutkan dalam puisi lain , berikut cuplikannya:
//....Certia terus berlanjut
Senyum dan tawa akhirnya selesai pada suara bedug disurau desa...//
RB Pramono dalam puisinya " Di Simpang Jalan Itu"Â
//kau memanggilku
wajahmu lelah namun berseri
jarak cahaya telah kau tempuh
aku ingin bersimpuh