Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang dr. Mutadi, Arsitek Spiritual dan Penggerak Pendidikan Muhammadyah

10 Oktober 2025   20:03 Diperbarui: 10 Oktober 2025   20:03 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mutasi menerima sumbangan buku dari perwakilan wisudawan pada momen wisufda tahun 1990. Foto: um surabaya

Wakil Ketua PWM Jawa Timur, Dr. M. Sholihin Fanani, juga mengenang dr. Muhtadi sebagai sosok pekerja keras dengan pemikiran yang sangat visioner.  "Beliau bukan hanya seorang akademisi dan organisator, tetapi juga perencana masa depan yang mampu melihat jauh ke depan," katanya.

Menurut Sholihin, ketenangan Muhtadi bukanlah tanda pasif, melainkan refleksi dari kedewasaan dan kedalaman berpikir. Dia dikenal suka menolong siapa saja tanpa pandang bulu. Baik mahasiswa, dosen, maupun masyarakat umum," cetusnya.

Sikap rendah hati, imbuh Sholihin, menjadi ciri khas Muhtadi. Meski menjabat posisi penting, dia tak pernah menciptakan jarak dengan siapa pun. Dia berbicara lembut namun tegas dalam prinsip.

Ketegasannya bukan untuk menakut-nakuti, melainkan menjaga arah perjuangan agar tetap lurus sesuai nilai-nilai Muhammadiyah. "Beliau tidak pernah pilih-pilih orang. Semua dilayani dengan hormat dan penuh kasih," kenang Sholihin.

***

Mutasi menerima sumbangan buku dari perwakilan wisudawan pada momen wisufda tahun 1990. Foto: um surabaya
Mutasi menerima sumbangan buku dari perwakilan wisudawan pada momen wisufda tahun 1990. Foto: um surabaya

Nama dr. Muhtadi muncul sebagai sosok yang berperan besar dalam menyatukan, menata, dan membangun Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) hingga menjadi seperti sekarang. Sederhana, tenang, tapi teguh dalam prinsip. Begitulah itulah kesan yang melekat pada dirinya. 

Dalam masa kepemimpinannya sebagai Rektor kedua UM Surabaya, Mutadi dikenal bukan hanya sebagai seorang dokter yang mumpuni, tetapi juga sebagai organisator, pendidik, dan pemimpin yang sabar. Di bawah kepemimpinannya, universitas yang dulu tersebar di berbagai lokasi itu akhirnya menyatu dalam satu kampus terpadu di Jalan Sutorejo No. 59, Surabaya---sebuah tonggak penting dalam perjalanan panjang UM Surabaya.

Kisah Mutadi tak bisa dilepaskan dari sosok dr. H. Moh. Suherman, Rektor pertama UM Surabaya. Keduanya bertemu di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair). Suherman adalah seniornya, namun hubungan mereka melampaui sekadar kakak-adik kelas.

Mereka sering berdiskusi, berdebat, dan bersama-sama aktif di organisasi kemahasiswaan, hingga akhirnya terjun ke Persyarikatan Muhammadiyah.

Setelah lulus, kedua dokter muda ini tetap berjalan beriringan. Suherman dengan semangat dakwah dan pendidikannya, sementara Mutadi dengan pengabdiannya di dunia kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun