Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Prabowo Menghitung Hari Menuju 2 Desember

24 November 2018   17:29 Diperbarui: 26 November 2018   01:20 3573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon Presiden Prabowo Subianto (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak)

Namun, karena faktor usia, mungkin saja PS yang memang lupa. Ya, mungkin masih ada kemungkinan lainnya yang luput dimungkinkan.

Kalau "mungkin" tadi benar, bisa jadi PS bahkan lupa pada sejarah pra-kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Satu tahun sebelum 17 Agustus 1945, tepatnya 6 September 1944, melalui Radio Berlin berbahasa Arab Mufti  Besar Palestina Syekh Muhammad Amin Al-Husaini mengucapkan "selamat" kepada kemerdekaan Indonesia sebelum diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta.

Siaran berupa ucapan "selamat" itu pun tersiar ke seluruh dunia Islam. Pada masa itu negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap. Bahkan, seorang saudagar kaya Palestina, Muhammad Ali Taher, secara spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti.

"Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia," ucap saudagar kaya yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia itu.

Pada 16 November 1988 Indonesia mengakui kemerdekaan Palestina. Selanjutnya, pada 19 Oktober Indonesia dan Palestina memulai hubungan diplomatik di tingkat kedutaan besar.

1988-1989 adalah masa rezim Soehart0-ORBA. Oh, tentu saja PS tidak bisa melupakannya. Pada 8 Mei 1983 putera sulung Menteri Negara Riset 1973-1978 Sumitro Djojohadikusumo ini menikahi Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto yang merupakan puteri kedua Soeharto. 

Sayangnya, pernikahan yang menghasilkan seorang putera bernama Ragowo "Didit" Prabowo pada 22 Maret 1984 itu akhirnya kandas. Selain keluarga mereka, di luar sana tidak seorang pun yang mengetahui, kapan tepatnya perceraian ia-Titiek. 

Hanya saja pada 23 Mei 1998 ia dicopot dari Pangkostrad dan dikirim ke Bandung untuk menjadi Komandan Sesko ABRI. Tak berapa lama setelah pemeriksaan Dewan Kehormatan Perwira (DKP), bahkan karir militer Prabowo diakhiri oleh Wiranto, ia memutuskan untuk menjadi pengusaha di luar negeri guna menyusun hidup yang baru.

***

Senja memamerkan keemasasan di dekat kaki langit barat Bogor. Bebek-bebek masih ber-kuwek-kuwek dalam kandang untuk bersiap lelap. Seekor induk kambing sedang mengomeli anaknya karena terus berlarian pada saat sebentar lagi malam segera bertandang. Sapi-sapi terus mengunyah rerumputan di kandang. Kuda-kuda bercanda dan terkekeh-kekeh sebab senja selalu pamer keindahan sesaat saja.

Ia belum selesai merenung. 2 Desember tinggal sekian hari lagi. Ia juga memikirkan, bagaimana nanti jika berkumpul dengan FPI pada hari perayaan ulang tahun sekaligus reuni 212.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun