Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis

Gemar membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

[Novel] Musamus Tubuh Kecil Jiwa Besar, Episode 35-36

10 Agustus 2025   04:01 Diperbarui: 9 Agustus 2025   19:04 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cove Novel Musamus Tubuh Kecil Jiwa Besar (Dokumentasi Pribadi)

"Setuju!" sorak anak-anak lain.

"Kalau begitu," kata Panpan sambil menyentakkan capitnya, "aku akan buat gendang dari batok kelapa. Besok kita mainkan lagu baru!"

Tiba-tiba, dari balik batang palem, muncul sepasang belut kecil, berkilau oleh lumpur rawa. Mereka menggeliat pelan, mendekat, dan menyapa, "Kami bawa lumpur untuk menguatkan dinding rumah kalian."

"Wah!" seru Pipa. "Kalau begitu, kita harus buat lagu tentang lumpur!"

Lalu dimulailah keramaian kecil itu: sebagian menyanyi, sebagian menari, dan sebagian lain mulai menyusun lirik untuk lagu berikutnya. Di tengah keceriaan itu, tidak ada yang terlalu kecil untuk tidak penting. Setiap suara dihargai, setiap tarikan napas dianggap bagian dari simfoni.

Malam merayap perlahan. Bintang-bintang bermunculan seperti cahaya kecil di antara ranting ketapang dan daun palem yang mengayun. Rumah lumbung berdiri belum sempurna, tapi sudah terasa seperti rumah: hangat, penuh cinta, dan kini, bernyawa.

Anak-anak mulai berbaring di atas tikar rumput yang dibentangkan. Mereka menggenggam daun-daun kecil sebagai bantal. Suara nyanyian masih terdengar samar, kini berubah jadi senandung lembut seperti doa.

Musamus berdiri pelan, menatap ke arah langit.

"Kalau suatu saat kita tiada," bisiknya, "semoga suara anak-anak ini tetap tinggal. Sebagai nyanyian untuk sabana, hutan, dan rawa---bahwa suatu masa, makhluk kecil pernah mencoba menjaga rumahnya."

Dan dari langit, bintang tertua bersinar lebih terang sejenak. Seolah menjawab: Iya, kami mendengar.

Langkah Kecil yang Serempak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun