Di ujung senja nanti, Luma akan berjalan ke bunga palem, menyusupkan pesan melalui aroma dan warna. Dan siapa tahu, seekor burung akan terbang melintasi langit, membawa berita dari makhluk yang tak bersuara keras tapi hatinya penuh nyala.
Sebab dalam dunia yang luas dan kacau, kadang perubahan besar dimulai dari keberanian satu yang dianggap paling kecil.
Angin Membawa Pesan Baru
Pagi belum sepenuhnya merekah, tapi pohon besar sudah bergemerisik. Bukan hanya oleh daun yang disentuh angin, tapi oleh kecemasan yang menyelinap dari akar hingga ke pucuk. Udara hari itu mengandung aroma tanah yang dibasahi embun, dicampur dengan getah palem dan bisikan alam yang seakan menahan napas.
Musamus duduk di atas sepotong kayu tua yang tumbang, matanya menatap jauh ke arah barat, ke arah tempat Luma semalam menanam harapan dalam kelopak bunga palem. Tak banyak kata yang keluar dari mulut sang kepala kampung pagi itu, hanya satu pertanyaan yang berputar dalam benaknya: akankah semesta merespons jeritan kecil dari tubuh-tubuh mungil seperti mereka?
Tiba-tiba, angin berhembus dari arah rawa, kencang tapi tak menggila. Angin itu membawa lebih dari sekadar udara. Ia membawa daun kering, bulu burung, dan, yang paling mencolok, sepotong pita kain merah lusuh yang tersangkut di ujung batang palem. Semua yang hadir memandang benda itu dengan heran.
"Apa itu?" gumam Kore, si semut penjaga, mendekat dan mencium kain itu.
"Bau manusia," katanya pelan. "Bukan hanya manusia biasa. Ini... seperti bau dari tenda mereka di seberang rawa."
Belum sempat Musamus berbicara, Luma berlari kecil dari arah semak. Napasnya memburu, tubuhnya lembap oleh embun.
"Mereka tahu," katanya dengan nada lega bercampur cemas. "Burung air membawa tanda ke langit subuh. Mereka menari tak biasa, membentuk lingkaran, dan dua manusia yang berada di perahu menatapnya lama. Salah satu dari mereka meletakkan tangan ke dada dan menggumam... aku tidak tahu kata-katanya, tapi nadanya seperti... permohonan."
"Apakah mereka akan berhenti menebang?" tanya Teto si kepiting dengan mata mencurigai.