Dabu mengangguk setuju. "Kita sudah terlalu dekat. Kita tidak bisa kehilangan Yamle sekarang."
Pintu tempat persembunyian mereka terbuka perlahan, dan Mayul masuk dengan membawa beberapa pakaian dan perlengkapan lain. "Ini pakaian yang akan membantu kalian menyelinap tanpa terdeteksi," kata Mayul sambil menyerahkan pakaian hitam kepada Wakati dan Dabu.
Wakati mengambil pakaian itu dan mengamatinya dengan seksama. "Terima kasih, Mayul. Kau sudah sangat banyak membantu kami."
Mayul tersenyum lembut. "Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan. Yamle adalah bagian dari keluarga kita sekarang. Kita harus menyelamatkannya."
Mereka bertiga duduk di sekitar meja kecil, merencanakan langkah demi langkah penyusupan ke istana. "Jadi, malam pesta akan dimulai sekitar pukul delapan malam," jelas Mayul. "Kalian harus berada di dekat gerbang selatan sebelum itu. Aku akan memastikan penjaga di sana lengah."
Dabu menandai titik pada peta. "Dan dari gerbang selatan, kita akan mengikuti jalur ini ke ruang penyimpanan anggur."
"Benar," kata Mayul. "Aku akan menunggu di sana bersama Yamle. Kita akan melarikan diri melalui pintu rahasia yang terhubung ke luar istana."
Wakati melihat ke arah Mayul dengan penuh rasa terima kasih. "Kita tidak bisa melakukannya tanpa bantuanmu, Mayul."
Mayul menatap Wakati dengan mata yang penuh determinasi. "Kita semua punya peran penting dalam hal ini. Pastikan kalian siap secara fisik dan mental. Tantangan yang kita hadapi tidak mudah."
Pagi itu, Wakati dan Dabu mulai berlatih untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk. Mereka berlatih menyelinap, bergerak tanpa suara, dan menggunakan pakaian hitam mereka untuk berkamuflase di kegelapan malam. Setiap gerakan dipelajari dengan seksama, setiap kemungkinan dipertimbangkan.
"Wakati, kita harus selalu waspada. Jika ada sesuatu yang mencurigakan, kita harus segera beradaptasi," kata Dabu sambil berlatih menyelinap di sekitar tempat persembunyian mereka.