Rencana Penyelamatan
Malam itu, di balik dinding tebal perpustakaan, Wakati, Dabu, dan Mayul merencanakan langkah mereka berikutnya. Lilin-lilin menerangi ruangan dengan cahaya lembut, menciptakan bayangan yang menari di dinding. Perasaan tegang namun penuh harapan memenuhi udara.
"Kita harus segera bertindak," kata Wakati dengan suara tegas. "Setiap hari yang berlalu, Yamle semakin terjebak di istana ini."
Mayul mengangguk, memahami urgensi mereka. "Aku setuju. Tapi kita harus berhati-hati. Raja memiliki mata-mata di mana-mana. Jika mereka mencurigai sesuatu, kita bisa berakhir di penjara, atau lebih buruk."
Dabu, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Apa yang Anda sarankan, Mayul? Bagaimana kita bisa menyelamatkannya tanpa menarik perhatian?"
Mayul mengeluarkan sebuah peta dari laci mejanya dan meletakkannya di atas meja. "Ini adalah denah istana. Ada beberapa jalur rahasia yang bisa kita gunakan untuk keluar tanpa terdeteksi. Namun, kita harus menunggu waktu yang tepat."
Wakati dan Dabu memandangi peta dengan saksama. Setiap garis dan tanda di peta itu menjadi kunci untuk menyelamatkan Yamle. "Kapan waktu yang tepat itu?" tanya Wakati.
"Pada malam pesta besar yang akan diadakan tiga hari lagi," jawab Mayul. "Saat itu, semua perhatian akan tertuju pada perayaan, dan pengawasan di sekitar istana akan berkurang. Itulah kesempatan kita."
Dabu menggenggam tangan Wakati dengan erat. "Kita harus memastikan Yamle tahu tentang rencana ini. Bagaimana kita bisa memberitahunya tanpa membuatnya ketakutan atau mencurigakan?"
Mayul tersenyum, menunjukkan keyakinan. "Aku akan menyampaikan pesannya. Aku memiliki akses ke kamar Yamle. Aku akan memberitahunya tentang rencana ini dengan cara yang paling aman."