Sebagaimana telah disampaikan di atas, tembok bata yang baru dibangun itu malam harinya dirobohkan Sultan HB X dalam prosesi Jejak Banon. Merobohkannya pakai kaki (menendang).
Prosesi tersebut dilakukan sebagai simbol untuk mengenang apa yang dahulu dilakukan Pangeran Mangkubumi (Sultan HB 1), tatkala melarikan diri dari kejaran musuh seusai Salat Jumat. Berhubung benteng di bagian selatan masjid tak ada pintunya, beliau pun menjebol tembok benteng dengan tendangan dahsyat.
*
Hari ini di media massa banyak berseliweran video tentang prosesi Jejak Banon semalam. Menampakkan detik-detik tembok bata dirobohkan Sultan HB X (Ngarsa Dalem). Disusul masyarakat berebutan mengambil reruntuhannya untuk dibawa pulang.
Warganet sudah pasti banyak yang mengomentari. Beberapa di antara mereka berkomentar tentang keselamatan Ngarsa Dalem saat merobohkan tembok bata. Mereka menganggap prosesi itu berbahaya.
Mereka pun mengusulkan prosesi Jejak Banon diganti atau dihilangkan saja. Alasannya, khawatir Ngarsa Dalem terluka sebab ketimpa bongkahan besar tembok bata yang dirobohkan.Atau, kaki beliau keseleo saat merobohkan.
Ada juga warganet yang menyarankan tembok bata bagian atas sebaiknya direkatkan dengan pasir dan air saja. Tanpa semen. Yang pakai semen bagian bawah saja. Saya pun senyum-senyum membacanya
Warganet tersebut tidak tahu. Sesungguhnya tembok bata itu memang dibangun hanya dengan pasir dan air. Tanpa semen. Dibikin sejak siang. Jadi, makin malam makin kering sehingga makin mudah dirobohkan.
Kiranya, itulah rahasia kedahsyatan tendangan Ngarsa Dalem saat merobohkan tembok bata. Memang sengaja dibikin rapuh!
Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI