Ketika
Musim hujan meriwatkan luka
Dalam jalannya seringkali menggunung risau, namun pada lorongku berdiri sebuah dilema
Menggelisahkan memang
Resah
lantaran air hujan, bisa memangkas lembah menjadi padang datar hingga kecipak jadi kolam renang mainan
Luka
Lantaran air hujan membuat sebuah pristiwa hingga menenggelamkan harapan
Bagi yang tak menerimanya pasti mempersalahkan Tuhan
Namun, dia tak tahu menjadi pendusta
Mengapa? Tanyaku pada malam itu
Kita tak tahu malu kepada ibu pertiwi, menerima percuma lantas tak tahu merawatnya! Seenaknya saja
Buang sampah di selokkan sempit, tebang pohon dengan alasan ekonomis, lagi rumahmu penuh plastik kapitalistik
Masihkah kamu menyalahkan?Â
Kataku perlu was-was. Sebab, lebih baik membenah daripada menuduh salahnya Tuhan
San Camillo, 22 Januari 2020