Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Buku, Film, dan Podcast: Saat Perpustakaan Menjadi Pusat Ide

19 September 2025   07:58 Diperbarui: 19 September 2025   07:58 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa memanfaatkan perpustakaan sebagai ruang membaca sekaligus berdiskusi kreatif. (Sumber: Dokumen Pribadi)

Pembukaan: Perpustakaan yang Selalu Direbut

Perpustakaan sekolah kami tidak pernah benar-benar sunyi. Dari luar rak-rak buku tampak rapi dan teratur, seolah menjadi simbol keseriusan sekolah dalam menumbuhkan budaya membaca. 

Namun begitu melangkah ke dalam, suasananya berbeda.
Perpustakaan ini selalu diperebutkan, bukan hanya oleh para pencinta buku, tetapi juga oleh guru, siswa, bahkan pihak luar yang ingin memanfaatkannya untuk berbagai kegiatan.

Saya pun tidak luput dari perebutan itu. Beberapa kali saya membawa siswa untuk latihan lomba film pendek dan membuat podcast. Perpustakaan menjadi pilihan paling logis: nyaman, ber-AC, memiliki stop kontak, dan akses internet yang memadai.
Namun setiap kali saya membawa rombongan siswa ke sana, selalu ada rasa bersalah.

Di satu sisi, kami sedang mencipta karya yang membanggakan sekolah. Tapi di sisi lain, saya tahu ada buku-buku yang hanya menjadi latar belakang sunyi dari aktivitas kami. 

Pernah suatu kali, seorang siswa yang ingin membaca kecewa karena tidak bisa masuk. Di pintu tertulis, "Ruangan Sedang Digunakan. Maaf Tidak Bisa Masuk." Wajah kecewanya hari itu masih terbayang jelas di ingatan saya.

Momen itu membuat saya merenung.
Apakah perpustakaan hanya akan terus menjadi arena rebutan, atau justru bisa berubah menjadi ruang yang benar-benar hidup?

Masalah Utama: Perpustakaan yang Hanya Jadi "Gudang Buku"

Banyak sekolah menganggap keberadaan perpustakaan sudah cukup dengan menyediakan rak buku dan beberapa meja baca. Padahal, jika fungsinya hanya sebatas itu, perpustakaan hanyalah gudang yang sedikit lebih rapi.

Di era digital seperti sekarang, buku saja tidak cukup untuk menarik minat siswa. Mereka tumbuh di tengah gawai, video pendek, dan aplikasi serba cepat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun