Sama juga dengan Australia, saat ada kabar Indonesia akan mengakuisisi kapal selam Kilo Class buatan Rusia, mereka sibuk memperbaharui peralatan bawah lautnya.
Saat dengan mudahnya Australia dan Singapura mendapatkan persetujuan pengadakan pesawat siluman F-35 Lightning. Pesawat tercanggih buatan Amerika saat ini.Â
Dipihak lain Indonesia berusaha mendapatkan Su-35 dari Rusia. Sukhoi SU-35 adalah predator udara mematikan. Akibatnya Indonesia malah diancam sanksi oleh Amerika dengan mencabut perlakuan Istimewa perdagangan, Countering America's Adversaries Through Sanctions Act. (CAATSA)
Dan saat Indonesia mengajukan proposal pembelian pesawat F-35 Lightning, parlemen menolak. Indonesia malah ditawari dengan pesawat generasi lama F-16 Viper dan F-15 Strike Eagle.Â
Sampai sekarang pengadaan Sukhoi-35, yang digadang-gadang sebagai penyeimbang kekuatan di kawasan belum terealisasi. Terkatung-katung tidak jelas.
Dengan perlakuan semacam itu, apakah Indonesia harus menaruh senyum manis terus terhadap Amerika?Â
Di tengah ancaman yang mengepung Indonesia. Tiongkok, Australia dan Singapura serta Amerika sendiri. Indonesia seolah sendirian berkejaran dengan waktu.
Satu hal yang harus menjadi perhatian. Iklim politik selalu berubah. Ancaman bisa muncul tiba-tiba. Tidak ada kawan yang abadi tidak ada musuh yang abadi.Â
Lepasnya Timor-Timur bisa jadi pelajaran berharga. Betapa mudahnya Amerika menendang Indonesia dan mengutus Australia maju membuat keruwetan dengan Indonesia.Â
Maka mempersenjatai diri untuk menjaga kedaulatan bukan hal yang salah. Karena perang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.
Keluar dari Bonsai Militer