Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Manuver Prabowo yang Bikin Nyesek Banyak Orang

14 Oktober 2019   02:30 Diperbarui: 14 Oktober 2019   03:31 2942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Prabowo dengan Surya Paloh, Minggu 13 Oktober 2019 (bisnis.com/ antara).

Setelah Jokowi dan Megawati, Prabowo lanjut safari politik dengan menemui Surya Paloh malam tadi, 13 Oktober. Tidak banyak yang dibicarakan, pun soal jatah menteri. Hanya sekadar obrolan untuk mencari titik persamaan, katanya. Ada memang 3 kesepakatan termasuk soal amandemen UUD 1945, tetapi itu normatif sekali. Tidak mengikat karena tafsirnya bisa sangat luas.

Bertemu bos Nasdem itu penting bagi Prabowo kalau ingin merapat dengan incumbent. Selain PDIP, Nasdem adalah partai koalisi pengusung Jokowi-Maruf yang cukup solid. Prestasi raihan suaranya mantap, meninggalkan PPP dan Golkar jauh di belakang.

Agar dapat diterima jadi "anggota" baru koalisi, Puan Maharani  mengatakan harus ada kesepakatan anggota koalisi lama. Ketika isu Gerindra dapat posisi menteri berhembus kencang, Ketua DPP PDIP itu secara diplomatis menjawab bahwa Jokowi belum mengajak koalisi untuk bicara.

'Hilal' jatah menteri untuk Gerindra dalam kabinet Jokowi-Maruf tampaknya kian terang.  Poyuono  sudah kasih unjuk 3 nama: Fadli Zon, Sandiaga, dan Edhy Prabowo. Posisinya yang ramai dibahas di twitter yaitu: Mentan, Menteri BKPM, atau mungkin Menhan, jika Prabowo yang masuk. Belakangan, Kapitera Ampera yang sudah menjadi politisi PDIP mengakui bahwa permintaan Gerindra itu rasional.

Sinyal yang lain yaitu mendadak kalemnya Fadli Zon yang biasanya usil sepanjang hayat pemerintahan Jokowi. Ada saja yang bisa dia utak-atik, betapapun tidak pentingnya.

Belakangan Waketum Gerindra ini seperti sedang ngadem. 

Seputar tikaman Abu Rara untuk Wiranto, atau dipecatnya Dandim Kendari Fadli Zon tidak banyak bicara. Juga soal Wamena. Sebagai pembanding bolehlah kita lihat Rocky Gerung atau Andre Rosiade. Seperti itulah Fadli Zon yang 'normal' seharusnya.

Saat ditanya isu seputar posisi menteri Fadli Zon mengatakan bahwa keinginannya adalah untuk beroposisi. Tetapi mana bisa begitu lanjutnya, keputusan tetap ada di partai. 

Dari pernyataan itu bisa kita baca: Zon sedang ambil ancang-ancang menyusun alibi.

Gelagat lainnya adalah gerak-gerik Sandiaga yang kembali masuk dengan Gerindra. Andai partai garuda merah itu teguh beroposisi Sandi Uno takkan melirik lagi. Tidak strategis untuk karir politik ke depan.

Nah, sampai di sini bisa kita lihat betapa lincahnya manuver Prabowo. Belum ada politisi Indonesia yang seperti dia.

Dahulu ketika pilpres sedang mendidih, banyak kalangan yang geram atas  kedekatan Prabowo dengan kelompok Islam garis keras. PAN yang ambigu dan Demokrat yang bermain rel ganda akhirnya tercecer.

Sebaliknya, Gerindra (dan PKS) sukses meraup suara pemilih Islam yang tidak suka rezim petahana. Bahkan setelah Jokowi meng-cancel Mahfud MD untuk digantikan Maruf Amin sebagai partnernya. Padahal Maruf Amin pernah satu biduk dengan Rizieq Shihab saat demo untuk menggulingkan Ahok.

Sebelum masa kampanye hingga menjelang pemungutan suara Jakarta disesaki aksi massa yang tak putus-putusnya. Monas dan jalan protokol memutih oleh massa pro 02.

Jalanan yang kerap macet dan jagat medsos yang jenuh dengan perang propaganda mewarnai hari-hari. Hoax dan fitnah merajalela yang berbuntut sekian emak-emak berurusan dengan aparat gara-gara terlalu bersemangat.

Kalah. Prabowo kalah akhirnya. Tapi yang dilakukannya apa coba? Sujud syukur jilid 2!

Temperatur politik nasional tidak menurun meski pemilu telah usai gara-gara sujud syukur kemenangan itu. Pendukung Prabowo-Sandi tetap yakin menang, dan calon mereka sedang terdzalimi oleh pemerintahan Jokowi sebagai petahana.

Rupa-rupanya yang dimaui Prabowo satu titik ini: desakan rekonsiliasi.

Dan itulah yang terjadi. Begitu tawaran rekonsiliasi  disodorkan, langsung dilumat tanpa ampun.

Meskipun Demokrat dan PAN duluan merapat ke istana, tetapi pihak pemenang rupanya kurang berkenan. Maklum, keduanya sudah menjadi gurem.

Berbeda dengan Prabowo (Gerindra), kursinya di parlemen itu bukan main sexy-nya bagi Jokowi-Maruf. Inilah yang menjadi incaran. Dibarter kursi menteri di kabinet tidak salah. Kalkulasi sudah cermat. Sama-sama happy, meminjam istilah Setnov.

Dan siapa sekarang yang sesak napas?

Kawan-kawan koalisi PDIP yang sekarang giliran meradang. Lha wong bagi mereka sendiri belum jelas, masak Gerindra yang notabene mantan musuh (apa masih?) dikabarkan ikut dapat jatah. Siapa yang tidak gondok.

Pada kondisi inilah esensi pertemuan Prabowo-Paloh tadi. Sebagai penghuni lama koalisi, Nasdem harus diorangkan, disowani. dan itulah yang dilakukan Prabowo.

Di barisan KMP, Koalisi Merah Putih, berbagai elemen pendukung tak kalah dongkolnya. Prabowo dianggap pengkhianat karena meninggalkan kawan seperjuangan. Prabowo cuek. Katanya suatu ketika: ini dalam rangka memperjuangkan nasib para ulama yang dikriminalisasi. Entah benar atau tidak siapa tahu.

Yang bisa kita lihat adalah hasil akhirnya: Gerindra secara perolehan suara legislatif adalah termasuk pemenang, kursinya di parlemen naik tajam. Dan sekarang di eksekutif, posisi menteri kabinet sedang dalam jangkauan.

Pesan moralnya: janganlah terlalu berlebih-lebihan dalam memihak kubu, pethentengan. Ujung-ujungnya dalam politik itu tidak jauh dari takhta dan harta. Satu -ta yang lain atas nama emansipasi sudah dihapuskan.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun