Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Transformative Human Development Coach | Penulis 3 Buku

Agung MSG – 🌱 Transformative Human Development Coach ✨ Mendampingi profesional bertumbuh lewat self-leadership, komunikasi, dan menulis untuk reputasi. 📚 Penulis 3 buku dan 1.400+ artikel inspiratif di Kompasiana dengan konsistensi kualitas yang mendapat sorotan headline dan highlight. 💡 Penggagas HAI Edumain – filosofi belajar dan berkarya dengan hati, akal, dan ilmu. 📧 agungmsg@gmail.com | 🔗 bit.ly/blogagungmsg | 📱 @agungmsg | 📞 +62 813-2045-5598 🔖 #TransformativeCoach #LeadershipWriting #GrowWithAgung

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Mengapa UMKM Gagal Pakai AI, Sementara Raksasa Dunia Kian Berjaya?

15 September 2025   07:45 Diperbarui: 15 September 2025   07:38 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memimpin bisnis di era digital berarti mengelola manusia sekaligus teknologi agar selaras menuju pertumbuhan.|advertisingweek.com

"AI akan setia menjadi mitra yang mempercepat langkah bisnis. Tetapi, hanya kepemimpinan yang jelas arah dan visinya yang mampu menuntunnya menuju hasil terbaik."

Beberapa waktu lalu saya berbincang dengan seorang pemilik kafe kecil di Bandung. Ia mengeluh, “Katanya AI bisa bantu bisnis, tapi kok buat saya biasa saja? Paling cuma bisa bikin caption Instagram.” Keluhan ini bukan hal baru. Banyak pelaku UMKM di Indonesia merasakan hal serupa. Mereka sudah mencoba AI, tetapi hasilnya jauh dari harapan.

Sementara itu, di sisi lain dunia bisnis, raksasa seperti Amazon, Google, dan perusahaan Fortune 500 lain sudah menjadikan AI sebagai mesin penggerak utama. Bukan sekadar alat bantu, melainkan partner strategis. Mereka melesat, sementara UMKM tertinggal. Malah ada yang bilang UMKM kita ketinggalan 10 tahun. Benarkah? Entahlah !

Ilusi “AI Tidak Bekerja”

Masalahnya seringkali bukan pada teknologinya, melainkan pada cara penggunaannya. Sebuah riset IBM (2024) menunjukkan 63% UMKM Indonesia sebenarnya siap mengadopsi AI, tetapi sebagian besar masih menggunakannya hanya untuk tugas-tugas sederhana. Mulai dari menulis konten, menjawab pertanyaan standar pelanggan pakai chatbot, sampai membuat laporan singkat.

Padahal, menurut Andrew Ng, pionir AI di Stanford University, “AI adalah listrik baru: nilainya muncul bukan ketika Anda hanya menyalakan lampu, tetapi ketika seluruh sistem bisnis dijalankan dengannya.”

Perusahaan besar sudah mempraktikkan ini. Mereka memakai AI untuk analisis prediktif, segmentasi cerdas, optimalisasi supply chain, hingga pengambilan keputusan berbasis data real-time. Hasilnya? Jurang kompetitif kian terbuka dan menganga: UMKM sibuk di permukaan, sementara korporasi bermain di level strategi.

Jurang Kompetitif yang Kian Lebar

Mari lihat data terbaru:
* 99% perusahaan Fortune 500 sudah menggunakan AI dalam operasional mereka.
* 77% UMKM Indonesia telah mencoba atau bereksperimen dengan AI (Media Indonesia, 2024).
* 97% UMKM yang konsisten menerapkan AI melaporkan peningkatan pendapatan (Media Indonesia, 2024).
* Namun, hanya 38,7% UMKM yang benar-benar memanfaatkan teknologi digital, termasuk AI, menurut Kemkominfo (2023).

Angka-angka ini menggambarkan paradoks. Banyak UMKM mencoba AI, tapi sebagian masih berhenti di level “alat tambahan”, bukan “tim digital”. Perusahaan besar justru menganggap AI sebagai kolaborator, yang bisa berpikir, menganalisis, dan mengeksekusi.

Dari AI Tools ke Agentic AI

Inilah pergeseran penting yang perlu dipahami. Ada perbedaan besar antara AI Tools dan Agentic AI.
* Tools bekerja sekali pakai. Seperti kalkulator: masukkan angka, keluar hasil.
* Agents berperan seperti konsultan bisnis: mereka bisa merencanakan, mengeksekusi, mengevaluasi, bahkan belajar dari pengalaman. Penulis sendiri pernah menggunakan N8N Alat Kecil yang Membawa Revolusi secara amat sederhana, hasilnya - setidaknya menurut saya - itu sungguh luar biasa. 

Bayangkan seorang pengusaha UMKM punya “tim digital” yang bekerja 24 jam sehari. Membuat kampanye marketing, menganalisis tren pasar, mengelola interaksi pelanggan, hingga membantu mengembangkan produk baru. Semua itu bisa dilakukan oleh Agentic AI.

Menurut laporan McKinsey (2025), perusahaan yang mengadopsi AI agentic mampu meningkatkan produktivitas hingga 40% dibandingkan yang hanya mengandalkan AI tools.

Kenapa Banyak Entrepreneur Gagal Memanfaatkan AI?

Sekilas, setidaknya ada tiga hambatan utama yang sering muncul:
1. Single-task thinking . UMKM hanya menggunakan AI untuk hal kecil, bukan strategi besar.
2. Overload tools. Terlalu banyak pilihan aplikasi membuat bingung harus mulai dari mana.
3. Tanpa framework . Tidak ada kerangka kerja jelas, sehingga pemanfaatan AI jadi tambal sulam.

Akibatnya, potensi luar biasa dari AI justru terbuang sia-sia. 

Percepatan Kapabilitas AI

Perkembangan AI dalam beberapa tahun terakhir sungguh menunjukkan lonjakan signifikan:
2023: mampu menulis artikel sederhana.
2024: bisa merancang kampanye pemasaran lengkap.
2025: mampu menganalisis data bisnis dan memberi rekomendasi strategi.
2026 (prediksi): akan menangani 85% interaksi pelanggan dengan peningkatan kepuasan hingga 30%.

Artinya, dalam hitungan tahun, AI bukan lagi sekadar alat pasif, melainkan co-founder digital yang bisa mempercepat eksekusi bisnis.

Peluang Emas untuk UMKM

Jika UMKM mampu keluar dari pola pikir salah kaprah dan mengadopsi Agentic AI, dampaknya bisa revolusioner. Satu orang pengusaha bisa seolah memiliki “kloning digital” yang berpikir, belajar, dan bekerja seperti dirinya.

Menurut Satya Nadella, CEO Microsoft, “AI bukan tentang menggantikan manusia, tapi memberdayakan lebih banyak orang untuk melakukan hal-hal besar.”

Inilah kesempatan emas. Bukan sekadar menghemat biaya, tetapi memperluas kapasitas, mempercepat pertumbuhan, dan menutup jurang kompetitif dengan perusahaan besar.

Lalu, Ke Mana Arah Kita?

AI bukan sekadar “alat untuk posting Instagram” atau “penulis artikel cepat”. Ia adalah tim digital yang bisa berpikir, merencanakan, dan bertindak layaknya partner bisnis.

Di sinilah kepemimpinan berperan. AI tidak akan pernah lebih cerdas dari mindset pemimpin yang mengarahkannya. Jika UMKM terus melihat AI hanya sebagai alat tambahan, mereka akan semakin tertinggal. Tetapi jika pengusaha mampu memimpin AI layaknya memimpin tim, dengan visi, strategi, dan komunikasi yang jelas, hasilnya akan lain. Teknologi ini akan menjadi akselerator luar biasa.

Dalam dunia bisnis modern, kepemimpinan bukan hanya soal mengelola orang, tetapi juga mengelola teknologi sebagai bagian dari ekosistem kerja. Pemimpin yang mampu berkomunikasi efektif dengan tim manusia sekaligus “tim digital” akan menjadi pionir, bukan pengikut.

Karena bisnis hari ini bukan lagi tentang siapa yang punya modal terbesar, melainkan siapa yang bisa memimpin perubahan dengan cerdas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun