Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selalu saja ada satu cara yang lebih baik, dan lebih baik lagi dengan berbagi

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Retention Strategy: Mencegah Karyawan Bintang Keluar Perusahaan

24 Januari 2023   22:08 Diperbarui: 26 Januari 2023   14:22 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
HR Risks : Karyawan bintang itu masa depan perusahaan, jangan sampai resign | Image: pexels.com/Andrea P

Tidak heran jika karyawan bintang, yang memiliki integritas tinggi, keterampilan tinggi, dan kontribusi tinggi, tiba-tiba mengajukan pengunduran diri. Padahal, selama ini semuanya tampak baik-baik saja. Apa sebenarnya yang terjadi dengan karyawan bintang tersebut?

Perusahaan mungkin tidak menyadari atau kurang peka bahwa keputusan untuk meninggalkan perusahaan tidak hanya terjadi dalam satu malam.

Kita wajib mengetahui, hal apa saja yang perlahan-lahan menguras semangat dan keinginan karyawan untuk menampilkan yang terbaik dalam bekerja setiap harinya, namun tak tercapai.

Mari kita pelajari apa saja yang dapat menyebabkan karyawan merasa tidak betah dan ingin segera keluar dari perusahaan.

Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan karyawan keluar dari perusahaan, di antaranya:

1. Kekurangan kesempatan untuk pengembangan karier

Kesempatan pengembangan karier adalah hal yang penting bagi karyawan bintang. Mereka ingin meningkatkan keterampilan dan meraih kesempatan promosi dalam karier mereka.

Jika perusahaan tidak memberikan kesempatan tersebut, karyawan mungkin akan mencari perusahaan lain yang memberikan kesempatan yang sesuai.

Sebuah contoh kasus menarik kita temukan di perusahaan Startup. Pada umumnya Startup memiliki tim yang semangat dan berdedikasi untuk membuat perusahaan sukses.

Namun, tidak semua karyawan di startup merasa demikian. Hasil riset baru-baru ini menunjukkan bahwa hampir 91% karyawan startup ingin mengundurkan diri dari pekerjaan mereka.

Menurut riset yang dilakukan oleh Jobstreet, faktor utama yang membuat karyawan ingin mengundurkan diri adalah ketidakpastian karier. Karyawan merasa tidak ada kesempatan untuk pengembangan karier di perusahaan mereka saat ini.

Hal ini tidak mengherankan, mengingat banyak startup memiliki struktur organisasi yang cepat berubah dan kadang-kadang tidak memiliki jalur karier yang jelas.

2. Insentif yang kurang memadai

Insentif yang memadai adalah hal yang penting bagi karyawan. Mereka ingin merasa dihargai atas kerja keras mereka dan insentif yang memadai dapat memberikan rasa dihargai tersebut.

Jika gaji atau insentif lainnya di perusahaan saat ini tidak memadai, karyawan mungkin akan mencari perusahaan lain yang akan memberikan insentif yang lebih baik.

Mengambil contoh pada perusahaan Startup misalnya, Startup seringkali memiliki anggaran yang terbatas, sehingga tidak dapat memberikan insentif yang sama dengan perusahaan besar.

Oleh karena itu, perusahaan harus memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengevaluasi kembali kesejahteraan mereka dan mendengarkan masukan yang diberikan.

Dengan demikian, perusahaan dapat menemukan solusi yang tepat untuk menjaga karyawan tetap setia dan produktif bekerja.

3. Masalah dengan atasan atau rekan kerja

Masalah dengan atasan atau rekan kerja adalah faktor penting yang membuat karyawan bintang ingin mengundurkan diri. Hubungan yang buruk dengan atasan atau rekan kerja dapat menyebabkan karyawan merasa tidak nyaman dan merasa tidak sejahtera di tempat kerja, sehingga mereka ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik.

4. Lingkungan kerja yang tidak sehat

Bagi karyawan bintang khususnya, lingkungan yang sehat adalah kunci untuk merasa sejahtera di tempat kerja. Karyawan ingin merasa aman dan nyaman di lingkungan kerja mereka, tapi lingkungan yang tidak sehat baik secara fisik atau emosional dapat membuat mereka merasa tidak nyaman dan ingin meninggalkan perusahaan.

Bukan hanya itu, lingkungan kerja yang kurang menyenangkan juga dapat menjadi faktor yang membuat karyawan ingin mengundurkan diri.

Sekarang, generasi muda ingin pekerjaan yang menyenangkan, menantang dan relevan. Sebuah pekerjaan yang seru dan menyenangkan dari pagi hingga pulang.

Namun, dulu, gagasan untuk bersenang-senang di tempat kerja masih dianggap kontroversial oleh para pemimpin.

Tapi sekarang, kita telah menyadari bahwa menciptakan suasana yang menyenangkan di tempat kerja dapat membuat orang lebih bersemangat, memberikan sesuatu yang dinanti-nantikan, dan meredakan tekanan dan kebosanan.

Contohnya, beberapa perusahaan teknologi tinggi saat ini mendorong karyawan untuk istirahat dengan bermain tenis meja, yang selain menyenangkan juga dapat meningkatkan kesehatan fisik dan saraf.

Jika karyawan diberi kesempatan dan dorongan untuk bersenang-senang di tempat kerja, mereka akan merasa lebih santai, membangun hubungan dengan rekan kerja yang lebih baik, dan lebih termotivasi untuk bekerja dengan baik.

5. Perasaan tidak dihargai atau tidak diakui

Karyawan bintang ingin merasa diakui dan dihargai atas kerja keras mereka oleh perusahaan. Bila tidak, mereka bisa saja mencari perusahaan lain yang memberikan perasaan tersebut.

Perusahaan harus mampu beradaptasi dengan perubahan dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan karyawan agar tidak kehilangan karyawan berkualitas. Kurangnya penghargaan bisa dari berbagai bentuk, seperti kurangnya pengakuan atas prestasi, kurangnya perhatian terhadap minat khusus, bakat, dan kehidupan di luar pekerjaan, serta kurangnya pertimbangan waktu lembur.

Manajer yang mencoba untuk mengetahui passion karyawan dan mengintegrasikannya dalam pekerjaan, akan melihat peningkatan produktivitas, tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi, dan tempat kerja yang lebih bahagia secara keseluruhan.

Kurangnya penghargaan dalam bentuk waktu lembur juga menjadi alasan. Salah satu bentuk kurangnya penghargaan yang sering dijumpai di perusahaan adalah tidak mempertimbangkan jam kerja karyawan yang harus lembur.

Beberapa contoh yang sering terjadi adalah: Perusahaan yang menganggap hari Sabtu dan Minggu sebagai hari libur karyawan, tetapi tetap meminta karyawan untuk bekerja lembur pada hari tersebut.

Ini contohnya. Acara Tour Karyawan atau Family Gathering perusahaan yang menggunakan waktu libur karyawan, padahal banyak karyawan yang menginginkan waktu libur itu sebagai waktu yang eksklusif bagi keluarga mereka.

Hal yang sama juga terjadi saat peraturan perusahaan yang diadakan dua tahun sekali dilakukan. 

Contoh lainnya, acara rapat kerja nasional diadakan pada hari Senin pagi, tetapi karyawan harus check-in pada hari Minggu siang di tempat rapat yang berada di sebuah hotel di luar kota.

Bentuk kurangnya penghargaan, juga bisa terjadi saat atasan yang tidak memberikan pujian atau penghargaan saat target tercapai, tetapi justru memberikan teguran saat target tidak tercapai. Tempat ibadah yang sempit, tidak memadai, dan ditempatkan di sudut bangunan yang tidak nyaman, atau tempat istirahat yang tidak memadai dan tidak memberikan kenyamanan saat istirahat juga bisa jadi faktor lainnya.

Pemberian penghargaan karyawan yang sama untuk semua juga bisa jadi masalah. Banyak organisasi memiliki Hari Penghargaan Karyawan sekali setahun di mana semua orang diakui dan diperlakukan sama.

Namun, masalahnya adalah tidak semua orang memiliki keterampilan yang sama, memberikan kontribusi yang sama, atau secara teratur melakukan upaya yang sama.

Menerima pengakuan yang sama dengan seseorang yang melakukan pekerjaan sesedikit mungkin mengecewakan bagi mereka yang berusaha lebih keras, membawa antusiasme ekstra pada pekerjaan mereka, dan memberikan yang terbaik setiap hari.

Para karyawan harus diakui atas prestasinya, namun juga harus diberikan kesempatan untuk menyampaikan bagaimana mereka ingin diakui.

Betapa pentingnya untuk mengenal orang-orang dan menghargai mereka dengan cara yang sesuai dengan keinginan mereka agar dapat terhubung (engagement) dengan mereka secara efektif.

Menurut Debbie Muno, Managing Director of Genos North America, "Ketika karyawan merasa terhubung secara genuine dengan pemimpin, peran, dan organisasi dalam perusahaanya, mereka akan menjadi kolaborator dan komunikator yang lebih kuat serta lebih terlibat."

Untuk memastikan karyawan merasa dihargai dan merasa penting bagi perusahaan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan:

1. Memberikan pengakuan dan penghargaan yang tepat waktu dan spesifik untuk prestasi karyawan.
2. Menciptakan lingkungan kerja yang menghargai keberagaman dan individu yang unik.
3. Membuat komunikasi yang efektif dan terbuka dengan karyawan untuk mengetahui kebutuhan dan permasalahannya.
4. Menyediakan kesempatan untuk karyawan untuk berkembang dan meningkatkan keterampilan mereka.
5. Membuat program yang menunjang kesejahteraan karyawan dan keluarga mereka.

6. Kekurangan fleksibilitas dalam jam kerja atau lokasi kerja

Fleksibilitas dalam jam kerja atau lokasi kerja sangat diinginkan karyawan untuk menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Bila perusahaan tidak memberikan fleksibilitas tersebut, karyawan mungkin akan mencari perusahaan lain yang menyediakannya. Resignasi karyawan menjadi masalah yang cukup besar saat ini, salah satu alasannya adalah karena karyawan merasa nyaman dan produktif bekerja dari rumah.

Perusahaan yang ingin menjaga karyawan tetap setia harus mempertimbangkan ini dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan karyawan terkait fleksibilitas bekerja.

Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan opsi bekerja jarak jauh atau menyediakan fasilitas yang memungkinkan karyawan bekerja secara sehat dan aman di kantor.

7. Perbedaan nilai dengan perusahaan

Karyawan ingin bekerja di perusahaan yang memiliki nilai yang sesuai dengan nilai pribadi mereka. Bila merasa tidak sesuai, karyawan mungkin akan mencari perusahaan lain yang sesuai dengan nilai mereka.

Nilai yang paling menimbulkan ketidakbetahan karyawan adalah ketidakadilan dan favoritisme, seperti ketika aturan perusahaan tidak dijalankan oleh para pimpinan atau promosi diberikan berdasarkan favoritisme daripada meritoriokrasi.

Karyawan juga ingin pekerjaannya memiliki makna dan merasa bahwa mereka membuat perbedaan. Perusahaan harus membuat visi yang jelas dan membagikannya kepada karyawan dengan cara yang memastikan semua orang mengerti bagaimana kontribusi mereka membuat perbedaan dan perusahaan harus dilandasi oleh nilai-nilai utama yang mendukung visi tersebut.

8. Perasaan tidak memiliki kontribusi yang signifikan dalam pekerjaan

Karyawan ingin merasa memiliki kontribusi yang signifikan dalam pekerjaan dan perusahaannya. Bila merasa tidak memiliki kontribusi yang signifikan, karyawan mungkin akan mencari perusahaan lain yang memberikan kesempatan untuk memberikan kontribusi yang lebih signifikan.

Perasaan tidak diakui atau tidak dihargai juga menjadi faktor yang membuat karyawan ingin meninggalkan perusahaan, karyawan ingin merasa diakui atas kerja keras dan dihargai oleh perusahaan.

Bila merasa tidak diakui atau tidak dihargai, karyawan akan mencari perusahaan lain yang memberikan rasa diakui dan dihargai.

9. Tidak diberikan otoritas penuh & kepercayaan pada pekerjaan

Untuk merasa terpenuhi dalam pekerjaan, kita perlu memiliki kontrol atas pekerjaan kita. Kita perlu memiliki pilihan dalam proyek yang kita kerjakan, memiliki suara dalam tujuan perusahaan, atau memiliki pengaruh dalam keputusan kerja.

Pekerjaan yang baik terjadi ketika pemimpin percaya pada karyawan untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dan dapat mengandalkan karyawan untuk melakukannya dengan baik.

Manajer yang bertindak sebagai pemandu dan pelatih, yang dapat diakses saat karyawan memiliki masalah, akan meningkatkan kinerja karyawan jauh lebih baik daripada manajer yang micromanage dan hanya memberikan sedikit kontrol atas bagaimana pekerjaan dilakukan.

10. Masalah kesehatan atau masalah pribadi

Masalah kesehatan atau masalah pribadi: Karyawan mungkin mengalami masalah kesehatan atau masalah pribadi yang menghalangi mereka untuk bekerja dalam kondisi yang baik. Dalam kasus ini, karyawan mungkin akan mencari perusahaan yang menawarkan fleksibilitas atau dukungan untuk mengatasi masalah tersebut.

Itu hanyalah beberapa contoh, namun faktor yang membuat karyawan keluar dari perusahaan dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya.

Catatan penting untuk HR

Fakta di lapangan menunjukkan, kurangnya penghargaan dapat membuat karyawan merasa tidak dihargai dan tidak bersemangat untuk memberikan yang terbaik.

Oleh karena itu, perusahaan harus berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang menghargai dan menunjang karyawan agar mereka merasa dihargai dan merasa penting bagi perusahaan.

Dari kacamata pimpinan dan HR, kita dituntut untuk mengetahui lebih jauh dan lebih peka atas gejala-gejala yang disembunyikan karyawan yang ingin resign. Mengetahui persis penyebabnya, dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik layar.

Karena itu salah satu solusi terbaik untuk mencegah resignation dan menjaga karyawan tetap setia adalah melakukan dialog dan meminta masukan rutin dari karyawan.

Dengan demikian, karyawan akan merasa dihargai, merasa penting dan berarti, serta senantiasa merasa terlibat didalamnya. Lalu, bersama-sama mencarikan solusi terbaik sesuai kemampuan perusahaan dan sesuai kinerja karyawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun