Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

Bimantara:Dari nol belajar Menggali dari pengalaman pribadi yang menginspirasi untuk sesama:demah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kapan Kau Reda

5 Februari 2024   21:20 Diperbarui: 5 Februari 2024   21:21 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kapan kau reda dari hujamkan dan tangismu, pertiwiku,
Seperti bunga yang mekar setelah badai berlalu.
Dalam puisi ini, suara hati menantikan kelegaan,
Menyambut kedamaian di dalam relung jiwa yang rapuh.

Hujamkanlah pedihmu dalam luka-luka,
Sebagai langkah pertama menuju pemulihan.
Dalam bait-bait puisi, ada panggilan kesembuhan,
Menggambarkan perjalanan untuk melampaui kepedihan.

Tangismu, gemuruh di malam yang sunyi,
Namun biarkan fajar membawa sinar harapan.
Dalam puisi ini, terukir cita-cita kebahagiaan,
Menantikan waktu di mana reda menggantikan hujaman.

Pertiwiku, tanah di mana kau menanamkan,
Beban berat dan air mata yang melanda.
Dalam puisi ini, terdengar doa untuk kedamaian,
Kapan kau reda, pertiwiku, dari hujamkan yang terlalu lama?

Biarkan puisi menjadi pelipur lara,
Mengiringi langkahmu menuju kesejukan.
Dalam reda yang tiba, terbentuk puisi bahagia,
Menyongsong pagi yang baru setelah hujaman malam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun