Di usia ambang kepala tiga, saya membulatkan tekad  untuk menikah. Doa doa yang dilangitkan, rasanya terjawab kala itu.
Memutuskan menikah, saya barengi dengan tekad sekaligus mental. Sehingga terpacu usaha, mencukupkan diri secara materi.
Saya belajar meletakkan ego serendahnya, merelakan tabungan susah payah dikumpulkan untuk memperlancar hajat diucapkan.
Menikah Itu Tak Ubahnya dengan Kata Kerja
Sunatullah berlaku di muka bumi, sejak Adam dan Hawa diturunkan dari surga. Bahwa setiap manusia disyaratkan berusaha, untuk mendapat apa-apa yang diinginkan.
Termasuk keinginan menikah, manusia butuh usaha dan pengorbanan yang tidak kecil.
Dan seiring berjalannya waktu, saya menemukan hikmah atas perjuangan menyoal jodoh.
Bahwa sesuatu yang didapatkan dengan susah payah, meumbuhkan sikap untuk mempertahankan sekuat tenaga.
Mengingat susah payahnya ketika hendak menemukan belahan jiwa, membuat saya ingin selalu mempersembahkan sikap terbaik.
Untuk membahagiakan istri, saya rela bekerja keras sekuat tenaga.
---