Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengulik Waktu Receh dan Nilai Penting di Baliknya

8 Februari 2020   08:27 Diperbarui: 8 Februari 2020   08:52 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waktu | Ilustrasi gambar : Pixabay.com

Sering mengadakan janji ketemuan dengan partner kerja, klien, teman sejawat, atau yang lainnya? Pukul berapa biasanya kita membuat janji untuk bertemu dengan mereka? Pukul 10.00, 11.30, 19.00, 20.00, 15.30, atau kapan? Pada umumnya, janji pertemuan yang kita buat dilakukan pada waktu-waktu dengan kelipatan 30 menit. 

Maksudnya yaitu tepat pada jam dengan angka bilangan bulat positif dan selain 0 (nol), atau lebih kurang 30 menit dari jam tersebut. Sangat jarang kita membuat janji pertemuan dengan waktu yang "receh" seperti pukul 7 lebih 11 menit (07.11 atau 19.11), pukul 9 lebih 21 menit (09.21 atau 20.21), pukul 11 kurang 9 menit (10.51 atau 22.51), dan masih banyak lagi yang lain. 

Kalaupun ada, mungkin waktunya adalah kelipatan 15 menit atau yang "terbaik" adalah 5 menit. Tetapi pada umumnya sebuah janji pertemuan dibuat pada waktu kelipatan 30 menit atau bahkan 1 jam. Apakah kebiasaan seperti ini sudah umum dilakukan di seluruh dunia atau hanya di Indonesia saja?

Dalam banyak institusi, korporasi, atau lembaga pun jam masuk untuk memulai aktivitas hampir semuanya diberlakukan tepat pada angka bilangan bulat positif selain nol. Anak sekolah memulai jam belajar mengajar pada pukul 07.00 pagi. 

Para pekerja kantoran umumnya mulai masuk kerja pada pukul 08.00 dan pulang pukul 16.00 atau 17.00. Bengkel-bengkel kendaraan baru melayani servis mulai pukul 09.00 pagi. 

Warung makan mulai buka sejak pukul 09.00. Ada lagi? Sepertinya masih banyak lagi kemiripan jam memulai aktivitas antar berbagai organisasi dalam memulai aktivitas rutinnya. Kecenderungan serupa juga kita lakukan kala mengatur janji bertemu dengan orang lain. Mengapa kita tidak mengatur waktu bertemu pada jam-jam receh?

Sebenarnya, membuat janji pertemuan atau mengatur waktu memulai aktivitas pada jam-jam receh itu memiliki korelasi dengan atensi dan apresiasi terhadap detail ketepatan waktu. Bahwa mereka yang menjunjung tinggi semangat tepat waktu akan berupaya untuk datang di tempat pertemuan atau tempat kegiatan lebih awal dari waktu yang ditentukan. 

Sebagai contoh terkait ketepatan waktu ini adalah penentuan jadwal waktu sholat harian untuk masing-masing daerah. Pada suatu hari waktu sholat subuh wilayah Tangerang jatuh pada pukul 04.39 WIB. Namun pada waktu yang lain waktu subuh bisa lebih cepat yaitu pukul 04.36 WIB atau bahkan lebih lambat yaitu pukul 04.43 WIB. 

Begitupun dengan jam waktu sholat yang lain seperti dhuhur, ashar, maghrib, dan isyak. Hampir setiap hari atau beberapa hari sekali waktu bergeser dari hari sebelumnya. Terkait jadwal waktu sholat ini, barangkali umat muslim akan jauh lebih familiar ketika memasuki bulan puasa. Selebaran jadwal waktu sholat banyak yang disebarkan dan dibagi-bagikan. 

Fokus utamnya tentu adalah mengetahui kapan waktu maghrib dan kapan waktu imsakiyah. Kalau kita perhatikan pada selebaran jadwal waktu sholat tersebut, maka kita akan mendapati bahwa waktu-waktu yang tertera hampir selalu menunjukkan waktu receh dari jam dan menit tertentu. Hanya detik saja yang tidak tertera disana. Sangat jarang sekali jadwal waktu sholat menunjukkan waktu kelipatan 30 menit atau bahkan 1 jam. Jikalau ada maka jumlahnya pasti sangat sedikit.

Dari fenomena ini kita mungkin bisa menarik suatu kecenderungan perilaku terkait bagaimana kita menyikapi waktu. Kita cenderung menyikapi waktu yang ada secara sederhana. Kita lebih suka untuk "menggenap-genapkan" waktu untuk memulai aktivitas atau mengadakan pertemuan. 

Bahkan meskipun waktu sholat yang dengan jelas menerangkan waktu-waktunya tidak menunjukkan angka yang "tegas" atau kelipatan 30 menit dan satu jam, tetap saja banyak diantara kita yang memandangnya dengan kelipatan waktu 5 menit hingga 15 menit. Sebuah kecenderungan yang menunjukkan bahwa kita selalu mengupayakan penyederhanaan atas banyak hal di kehidupan sehari-hari.

Konon katanya orang-orang di Jepang yang terkenal dengan obsesi ketepatan waktu terbiasa membuat janji pertemuan pada waktu-waktu receh yang biasanya diabaikan oleh kebanyakan orang. Membuat janji pertemuan pada pukul 07.34 atau 08.47 adalah sesuatu yang wajar bagi mereka. Karena bagaimanapun juga setiap menit bahkan detik dalam hidup kita sangatlah berharga. 

Sebuah perlombaan lari atau balapan motor pemenangnya ditentukan dengan waktu hingga sepersekian detiknya. Perbedaan antara sang juara satu dengan runner up seringkali hanya dipisahkan jarak begitu tipis. Bahkan jauh lebih cepat dari sebuah kedipan mata. Maka betapa banyak hal yang hilang ketika kita menyia-nyiakan waktu satu menit atau beberapa menit di kehidupan kita, terlebih ketika kita mengabaikannya sama sekali.

Salam hangat,

Agil S Habib

 

Refferensi :

[1]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun