Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Demokrasi Otoriter ala Organisasi Bisnis

10 April 2019   07:53 Diperbarui: 12 April 2019   11:20 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Organisasi bisnis berorientasi profit pada umumnya memberlakukan sistem yang otoriter (Ilustrasi gambar : https://www.expoknews.com)

Menjadi pekerja di sebuah organisasi bisnis sebagian orang menyebutnya dengan tenaga profesional. Namun sebagian yang lain ada yang menyebutnya juga sebagai buruh. 

Pada intinya orang-orang yang menjadi bagian dari sebuah organisasi bisnis hanyalah orang "bayaran" yang harus mengikuti perintah atasan atau penguasa yang memberi bayaran. Sehingga mengikuti mereka adalah keharusan. 

Sungguh beruntung kiranya sebagai bagian dari organisasi bisnis yang memiliki "majikan" bijaksana dan juga mampu melihat dari sudut pandang anak buahnya. 

Majikan yang bersedia membuka ruang diskusi apabila dirasa ada sesuatu yang memberatkan serta berpotensi menimbulkan kekisruhan yang mrugikan organisasi bisnis itu sendiri. 

Secara prinsip antara pemilik organisasi bisnis dengan orang-orang yang menjadi bagian dari organisasi itu saling membutuhkan serta saling menguntungkan satu sama lain. Jika prinsip ini berpotensi dilanggar maka semestinya ada ruang untuk berdiskusi. Sangatlah tidak baik apabila semuanya berjalan serba sepihak. 

Jika sinergi tidak terjadi di kedua belah pihak, maka organisasi bisnis tidak ubahnya "perbudakan" model baru yang diperhalus. Bagaimanapun, mempekerjakan manusia tidaklah semata mempekerjakan tenaganya saja. 

Otak dan hati manusia itu perlu dilibatkan sehingga tercipta sebuah harmoni kerja yang diakhir cerita nanti akan menguntungkan semua pihak.

Salam hangat,
Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun