Mohon tunggu...
Aghry Amirul Salman
Aghry Amirul Salman Mohon Tunggu... Lainnya - Hi I'm Here

tulisan merupakan pelarian dari liarnya pikiran

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Senandika Pertama

23 Juni 2023   08:37 Diperbarui: 25 Juni 2023   12:55 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengantar

Berawal dari ambisi yang berapi-api, lalu lenyap menjadi abu tanpa arti. Sebuah angan catatan satu tahun pertama, mengolah kata menjadi biasa, mengolah memori menjadi memoar, ratusan tulisan cacat tak berkaki, lalu sisa tulisan yang sekarat mencoba untuk diselamatkan dengan berbagai macam revisi. Berikut senandika dari tahun pertama.

Bagian pertama, yang selamat ditujukkan sebagai dopamin kuat yang kembali setelah ratusan hari mati. Beberapa diksi serta tata penulisan dibiarkan asli ketika pertama ditulis. 

Bagian kedua, yang selamat dinarasikan sebagai roket yang melesat lalu meledak, menyayat setiap potongan, membengkak setiap pukulan. Dan, layaknya tokoh paling nyeri, aku tidak membawa sudut pandang mu, dia, kami, atau mereka.

Baca juga: Senandika Kedua

Terima kasih, yang terkasih, mari mengasih, selamat bersedih.

Bagian Pertama


Kolpri Abstrak 0.1
Kolpri Abstrak 0.1

Memantik Arti

Aku harap kau tengah berbahagia di sana, atau setidaknya kau sedang mencoba untuk mencapainya. Karena begitu pun dengan aku di sini, tidak ada yang jauh lebih baik setelah menarik langkah mundur darimu.

Walau belum sempat terbalas setidaknya aku tahu, jika semua hal tak harus terkoneksi, kadang hal yang mungkin sekalipun, masih ada kemungkinan untuk tak terhubung.

Selain itu, aku tengah mencoba memulai menatap sebuah objek bernama cermin, melihat potret yang selama ini selalu menemani setiap derai perjalanan, sosok yang tak pernah pergi satu senti pun, tak pernah bolos sedetik pun, tak pernah hilang sekejap pun, ia selalu berdiri menemani. Tapi ironisnya aku selalu lupa padanya.

Hingga saatnya hari ini, aku memulai memahami arti klise dari mencintai diri sendiri, hal yang sudah kuno ini ternyata anomali bagiku, aku belum dapat memahaminya hingga sejauh itu, walau definisinya sudah kudengar berulang kali dari berbagai macam referensi, tapi tetap saja aku belum mendapat jawaban yang membuatku mengerti, bahkan aku tak tahu bagaimana cara untuk mencapainya, entah harus dicari atau dibentuk, entah harus kendalikan atau cukup diakui kehadirannya. Dan mungkin sekarang saatnya, merakit bangunan tanpa bahan, bagai mendaki gunung di lautan, entah aku yang terlalu bodoh, atau arti ini yang memang tak perlu kecerdasan untuk merasakannya.

Januari 2022

Kolpri Abstrak 0.2
Kolpri Abstrak 0.2

Lupa

Untuk waktu yang tak mungkin kembali, dengan segala alur yang telah terlewati, lagi dan lagi aku tenggelam dalam telaga ingatan, air tawar masuk ke dalam paru-paru, seketika isi tubuh penuh dengan rasa pahit serta manis layaknya kisah kita dulu. Oh iya, aku ingat saat kita berpegang teguh pada kata "nanti jangan lupa ya", kata-kata itu selalu menjadikanku pelupa.

Maret 2022

Kolpri Abstrak 0.3
Kolpri Abstrak 0.3

Lampau

Sudah satu windu kita tidak bertemu, apakah kamu rindu? Masa-masa kita dulu, muda-mudi yang tengah mencari identitasnya sendiri.

Oh iya, apakah kamu tahu, apa hal bodoh sekaligus menyenangkan yang pernah kita lakukan? Ya, di tengah krisis pencarian kita malah berteguh pada satu ikatan dengan masing-masing pendirian.

Pada awalnya tentu kita bahagia, aku pun ingat ketika keadaan dijadikan alasan agar kita tetap berpegangan. Tapi pada akhirnya kita tahu bahwa kebahagiaan yang kita miliki tak pernah abadi, dan waktulah yang menjadikan kita bertumbuh, memahami setiap permasalahan yang berujung pada sebuah keberakhiran, waktu juga lah yang menjauhkan kita, setiap detik ia seolah menarik ke titik awal pertemuan, bahkan lebih jauh dari itu.

Dan, kukira ketika waktu mulai mengulur, dapat kutarik kembali, namun nahas Realita memukul kita, kita menjadi asing, entah kita yang memang memilih atau keadaanlah yang menjadikan kita pemilih, atau mungkin juga isi hati sudah mulai bisa memilih, kepada orang yang datang di tengah perjalanan yang sebetulnya belum pernah kita tumpangi ini.

Maret 2022


Kolpri Abstrak 0.4
Kolpri Abstrak 0.4

Kembalinya

Kembali. Kembali, aku merasakan rasa degup kencang dalam diri, ia meronta, memaki, menyebut namanya berulang kali, walau beberapa kali rasa ini kembali, tapi kali ini anomali. Aku seperti kembali, terhantam ombak pikiran yang kalut-malut membawaku pada tempo dulu, kondisi di mana seluruh indra yang kumiliki tertarik pada sebuah magnet penglihatan yang beberapa kali bertemu dalam sebuah kontak. Aku merenung, kembali mencoba memproses, mencoba kembali memverifikasi, menelaah, mengartikan rasa yang sebetulnya tak perlu arti untuk-Nya ada. Dari kejauhan, suara parau itu memanggil,

“Rasa itu kembali, Bersiaplah! Kau akan kembali dalam sebuah pilihan! Melompat kembali dalam parung penuh lara, atau menaiki tangga bahagia yang entah di mana ujungnya, Bersiaplah!.”

Mei 2022

Kolpri Abstrak 0.5
Kolpri Abstrak 0.5

Obsesi

Sorot matamu masih kuat menjadikan alasan bagiku dengan harap tetap bergegas ke tempat sama dengan segudang dalih alasan, yang padahal batin berteriak dengan lancang mengungkap kebenaran bahwa masih, lagi dan lagi harum aroma kulit putih mulusmu bak sebuah kwetiau itu, menjadikanku adiktif untuk terus menghirupnya hingga kerongkonganku yang semula basah menjadi kering, selain itu suara serta tingkah manismu selalu menjadi tontonan rutin yang tak bisa memalingkan lirikanku untuk setitik detik pun, dan tentu dari sekian banyak hal yang membuatku ingin terus-terusan memanjakan seluruh indraku ini adalah sebuah primadona kontak mata yang selalu aku elu-elukan, ia menyedotku dalam sudut ruang yang tak berwaktu, menikmati mata kecokelatanmu seperti menikmati satu-satunya ciptaan Tuhan yang paling mendekati sempurna, aku tak peduli seberapa banyak metafora, hiperbola, atau permainan kata dalam tulisan ini karena bagiku melebih-lebihkanmu bahkan tak lebih dari sebuah kenyataan.

Juni 2022

Kolpri Abstrak 0.6
Kolpri Abstrak 0.6

Raup Sejenak

Bagaimana perasaanmu sekarang? Hari ini aku kembali menemanimu, entah dalam rangka apa, yang jelas aku ingin membuat kerutan dahi serta tetesan air matamu terhenti, aku ingin mengubah semua itu ke dalam senyum lebar di wajahmu.

Mari lupakan sejenak mengenai dunia yang kadung gila ini, mari pergi bersama mengelilingi dunia paralel, akan kujelaskan tentang bagaimana rasa bekerja di sana, akan kujelaskan bagaimana seseorang senang menggapai apa yang tak bisa ia gapai di dunia nyata, akan kukenalkan kau pada aku dalam belahan lain.

Kau tak usah risau, semua tak perlu biaya, tak usah memikirkan tentang bagaimana kita pergi, cukup genggam lenganku sampai selesai, jika boleh ketika kita pulang dari dunia itu, kau tetap menggenggamnya, jika pun tidak aku tak bisa banyak berharap, setidaknya kau bisa kembali hidup, sudah cukup bagiku. Dan untuk diriku kau tak perlu banyak menanyakan, apalagi perihal rasa, karena sudah pasti ia bersemayam, terselimuti, menetap tak pernah berubah sejak beberapa tahun ke belakang.

November 2022

Kolpri Abstrak 0.7
Kolpri Abstrak 0.7

Menjadi Abu

Aku terlalu mudah, mengucap beberapa kalimat yang seharusnya dijaga, memendam beberapa rasa yang seharusnya dibiarkan mengendap bak air raksa.

Entah, tilik matamu yang berbinar, suara lirih yang kau katakan, rayuan atas beberapa pernyataan, selalu membuatku tertunduk lesu, membiarkan kau mengendalikanku seutuhnya, aku hanya menyaksikan, melihatmu melompat-lompat kegirangan, menari di depanku lalu menarik lenganku.

Entah, aku tak tahu kau akan membawanya ke mana, tapi yang jelas aku senang, menikmati lagu yang meninabobokan ini, melihatmu tertawa adalah caraku untuk melupa, melempar segala resah yang terasa, membakar seluruh ego yang tersisa.

Aku tak bisa berbohong di depanmu, kecuali satu, sesuatu yang berlikut dalam jiwaku, beberapa orang menyebutnya rasa, ada juga yang menyebutnya asa, ada pula yang menyebutnya nestapa, aku sendiri tak tahu harus mendefinisikannya apa, yang jelas, ia selalu bergejolak dalam suhu yang konstan, sejak beberapa tahun lalu ia masih terkontrol tak pernah padam, tak pernah lenyap, walau lekang oleh beberapa hantaman, semoga bara ini bertahan, sebelum akhirnya air menghantam menjadikannya abu yang siap untuk dikebumikan.

Desember 2022

Kolpri Abstrak 0.8
Kolpri Abstrak 0.8

Sepenggal Melengkapi

Tulisan mengenaimu selalu tertulis rapi layaknya simfoni, hampir setengah dari isi catatan tahun ini mengenai wujudmu, manusia setengah makhluk asing ini menampar keras beberapa prinsipku, aku yang berapi-api selalu mampu kau siram dengan beberapa kacamata baru, aku melihat sisi lain dalam hidupku, dan itu sungguh luar biasa, kau bukan hanya memberi makanan basi yang sering aku santap setiap pagi, kau selalu membawa hal baru yang menabrak pikiranku, sesekali aku tak setuju, tapi sering kali aku terbuka, menerima gagasan segar dari otak kecilmu yang di luar batasan, sungguh aku tak melebih-lebihkan, untuk apa juga kau sudah lebih dengan sendirinya, rambut sebahu dengan sinar matamu adalah dopamin kuat yang menyuntik kesehatanku.

Se-berlebihan itukah aku untuk menjelaskanmu? Tampaknya memang begitu, tapi bagaimana pun juga kau tetap menjelma fisik sebagai manusia, memiliki beberapa potongan hilang yang menjadikanmu kurang, tapi tak apa, mari aku isi potongan tadi dengan bagianku yang lebih.

Desember 2022

Kolpri Abstrak 0.9
Kolpri Abstrak 0.9

Mari

Mari, bolehkah aku mengajakmu lagi, melewati sabana luas dengan rumput yang tingginya menutupi mata kaki.

Mari, kita berlari menembus cakrawala ini, merobek beberapa catatan usang yang penuh akan evaluasi.

Mari, kita injak tumpukan padi yang sudah mati, aku minta kau tak perlu melihatnya lagi, kini lautan awan menanti, aku ingin melihatmu menari-menari di awal pagi, lalu menangis bersamaku diujung hari, tak usah risau kau boleh menangis sekencang-kencangnya di hadapanku, aku malah senang, karena dengan melihatmu menangis ada air mata jatuh yang menandakan dirimu memang benar-benar manusia utuh, justru aku akan lebih khawatir ketika kamu terus-terusan menahan. Lepaskan, lalu setelah selesai segara pegang kembali punggung lenganku, akan kubasuh air matamu dengan air hujan.

Mari, setelah itu kita berjalan lagi, menelusuri seluk beluk kota ini.

Mari, kita bicarakan konspirasi alam semesta ini.

Mari, kita bicarakan mengapa Fiersa Besari bisa begitu lugas dan lugu dalam satu waktu.

Mari, kita bicarakan juga mengapa hutang negara terbilang produktif ketimbang hutang pemain judi online.

Dan, setelah semuanya usai.

Mari, kita duduk sejenak, menatap ke arah langit, mencari rasi ursa minor di ufuk utara sana, menghitung berapa jumlah komet yang melintas diujung ekor mata kita, setelah itu.

Mari, kita terlelap menembus dunia mimpi yang abadi.

Januari 2023


Kolpri Abstrak 0.10
Kolpri Abstrak 0.10

Hitungan mundur

Tangis itu lepas dari lilitan, sejak jam 2 pagi ada sekitar 25689 ml air mata yang menetes, hampir seperempat dari total air mata yang keluar dari manusia normal setiap tahunnya, untungnya kau sedikit abnormal, buktinya saja hari ini kau tergelak tawa kencang di antara riak ombak tadi siang kemudian menangis lirih di awal hari, selain itu sore tadi ketika langkah kita terhenti karena ingin melihat turunnya mentari di ufuk barat kau teriak melompat kecil sembari menghitung mundur jumlah cahaya yang hilang dalam 27 detik, kau begitu riang, dan akan selalu seperti itu.

Namun bukan engkau jadinya jika ketika bintang membentuk rasinya di angkasa sana, kau selalu ikut merayakan, sayangnya bukan dengan teriakan riang seperti sore hari, melainkan dengan tangisan pelan menggigit jari. Kerap kemudian kau mengutuk situasi, seketika gerbang pikiran liarmu didobrak oleh pasukan serigala arktik di tengah musim dingin, kau terbang bebas melepas pijakan, ragamu di sini bersamaku, namun jiwamu melayang bersama khayalan, bercerita tentang ribuan trauma di masa lalu, bercerita tentang ketakutan di masa depan. Aku yang diam tersimpul bisu sesekali mengiyakan sesekali menguatkan, jika mendengarmu adalah album terpanjang  maka aku adalah orang pertama yang akan menyelesaikan seluruh antrean lagu yang disediakan, aku pun tak keberatan untuk terus mengulangnya. Dan, lalu ketika semua selesai, ketika tetasan itu reda aku akan mengingatkan bahwa semua akan baik-baik saja, layaknya angin teduh musim selatan kita semua akan bergerak dan berkembang ke arah yang lebih baik, selama keyakinan serta angan yang kita benamkan selalu berlandaskan kebaikan, maka setelah semua kebisuan terdengar, aku yang akan meniup lentera malam, menatapmu beberapa detik untuk kemudian membiarkan seluruh jagat semesta merotasi kembali seperti seharusnya, terlelap, senyap, lenyap.

Januari 2023  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun