Mohon tunggu...
Sitha Afril
Sitha Afril Mohon Tunggu... Freelancer - Student of Master Degree - Diponegoro University

Saya hanya seorang pembelajar yang terkadang "absurd" dalam menyikapi fenomena di sekitar. Jadi, jangan terkejut jika tulisan-tulisan saya pun "absurd", he-he!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kalian Berdua Batu

8 September 2020   05:15 Diperbarui: 12 September 2020   16:33 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sisa bangunan rumah sakit. (sumber: pixabay)

"Panjang ceritanya, Kak. Kakak siap-siap aja sekarang, ya! Aku berangkat!" paksanya yang lalu mematikan panggilan kami.

Aku tidak berias. Ganti baju pun tidak. Aku hanya mengenakkan celana pendek bermotif kotak dan kaus lengan pendek yang aku lapisi sweter.

Memang tidak pas sepuluh menit, namun tidak juga sampai setengah jam. Deru motor Huta yang sudah aku hapal pun terdengar jelas. Aku bergegas membuka pintu gerbang dan mendapati matanya berkaca-kaca. Raut mukanya sedih dan dia diam tanpa kata saat melihatku.

"Kamu kenapa, Dik? Ada apa? Kok sedih, Dik?" selidikku sambil mendekatinya.

"Bang Julian, Kak. Abang..." belum selesai dia bicara, tangisnya pun pecah.

"Kenapa Abangmu? Heh! Kenapa?" tanyaku sambil menggoyangkan bahunya.

"Abang kritis di ICU, Kak. Abang kecelakaan," jawabnya terbata.

Bak tersambar petir di bawah terangnya bulan purnama, aku pun terkejut dan menangis histeris. Aku tahu, mungkin ini berlebihan. Namun, aku tidak sanggup menyembunyikan keterkejutanku yang mendengar kabar buruk tentangmu.

"Kakak ikut aku ke rumh sakit ya, Kak. Aku mohon!" rengek Huta yang langsung aku iyakan.

Aku tetap dengan outfit-ku yang sebelumnya. Tanpa celana panjang dengan sweter berwarna abu-abu. Huta menyalakan motornya dan aku pun bergegas mengunci pagar. 

Kami berangkat menuju rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Aku dengan rasa cemasku dan Huta yang entah berperasaan seperti apa. Intinya, kami sama-sama panik dan berharap yang terbaik untukmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun