Aku mencintaimu seperti mencintai kata-kata yang tak ingin selesai. Seperti bait yang selalu mencari tempat untuk bersembunyi di antara napas dan sunyi.Â
Aku menyebut namamu dalam doa yang tak pernah kuselesaikan, sebab setiap menyebutnya, aku takut Tuhan mengira aku meminta sesuatu yang tidak boleh kumiliki.
Kau adalah pagi yang datang tanpa terburu-buru, membiarkan matahari merayap perlahan ke dalam mataku.Â
Kau adalah hujan yang jatuh dengan ragu, takut jika terlalu deras akan membuatku berlindung, takut jika terlalu pelan aku tak lagi merindukannya.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti angin yang lewat tanpa bertanya. Tapi kau tahu, cinta tidak pernah sesederhana itu.Â
Ia adalah rindu yang tertinggal di ujung cangkir kopi yang tak sempat kita habiskan, ia adalah jarak yang membentang di antara kata "kita" yang belum sempat kita ucapkan.
Dan jika nanti takdir ingin menuliskan akhir yang berbeda, aku harap kau tahu, kau akan tetap menjadi puisi yang tak ingin kutuliskan tamatnya.Â
Sebab dalam setiap baris yang kutinggalkan untuk dunia, namamu akan tetap tinggal di dalamnya, seperti cinta yang tak pernah benar-benar pergi.
Kota Komba, 2025Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI