Mohon tunggu...
Adriyanto M
Adriyanto M Mohon Tunggu... Menyimak Getar Zaman, Menyulam Harapan

Ruang kontemplasi untuk membaca dinamika dunia dengan harapan dan semangat, merangkai ide dan solusi masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Energi Nuklir: Mengapa Indonesia Tak Memanfaatkannya?

2 Agustus 2023   17:44 Diperbarui: 2 Agustus 2023   17:55 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menara pendingin di pembangkit listrik tenaga nuklir (Foto dari Pexels)

Penggunaan energi nuklir adalah salah satu topik kontroversial di dunia saat ini. Teknologi ini memiliki kelebihan dan kekurangan, pandangan masyarakat terhadapnya juga beragam. Dalam pembahasan singkat ini, kita akan coba menggali beberapa keuntungan dan kerugian utama dari energi nuklir serta memberikan beberapa contoh nyata penggunaannya di berbagai negara. Di bagian akhir, kita akan bahas mengapa Indonesia belum memanfaatkannya.

Keuntungan

Energi nuklir adalah sumber listrik dengan emisi karbon rendah. Menurut World Nuclear Association, pembangkit listrik tenaga nuklir mengeluarkan sekitar 29 gram CO2 per kilowatt-jam listrik, kisaran yang sebanding dengan energi angin dan surya, dan jauh lebih rendah dari pembangkit listrik batu bara dan gas alam. Sebagai contoh, Prancis menghasilkan sekitar 75% listriknya dari energi nuklir, dan memiliki jejak karbon terendah di Eropa.

Energi nuklir dihasilkan dengan teknologi yang andal dan efisien. Berbeda dengan sumber energi terbarukan yang bergantung pada kondisi cuaca, pembangkit listrik tenaga nuklir dapat beroperasi secara kontinyu dan menyediakan pasokan listrik yang stabil. Pembangkit listrik tenaga nuklir juga memiliki faktor kapasitas yang tinggi, artinya dapat menghasilkan lebih banyak listrik per unit kapasitas terpasang dibandingkan sumber lainnya. Amerika Serikat memiliki jumlah reaktor nuklir terbanyak di dunia dan mampu memenuhi sekitar 20% dari kebutuhan pasokan listriknya.

Energi nuklir bersaing dari segi biaya dan dapat mengurangi ketergantungan energi. Menurut International Energy Agency, pembangkit listrik tenaga nuklir memiliki biaya operasional yang rendah dan masa pakai yang panjang, sehingga lebih kompetitif dibandingkan dengan sumber listrik lainnya. Energi nuklir juga dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil dan meningkatkan keamanan energi. Sebagai contoh, China sedang mengembangkan kapasitas nuklirnya secara agresif, tujuannya adalah untuk mengurangi ketergantungannya pada batu bara dan memenuhi permintaan energi yang terus meningkat.

Kerugian

Energi nuklir memiliki risiko keamanan dan lingkungan yang signifikan. Risiko paling nyata adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan nuklir seperti yang terjadi di Chernobyl dan Fukushima. Kecelakaan seperti itu dapat memiliki konsekuensi yang sangat fatal bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Risiko lainnya adalah pengelolaan limbah radioaktif, yang dapat tetap berbahaya selama ribuan tahun dan memerlukan penyimpanan dan pembuangan yang aman. 

Karenanya, Jerman memutuskan untuk menghentikan penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir setelah bencana Fukushima, dengan alasan kekhawatiran terhadap keamanan dan lingkungan. Di lain pihak, Finlandia membangun penyimpanan sampah nuklir di bawah tanah yang tahan selama 100 ribu tahun.

Oposisi publik dan tantangan regulasi menjadi penghalang utama lain dalam pengembangan energi nuklir. Banyak orang yang prihatin dengan aspek keamanan, lingkungan, dan etika dari energi nuklir, dan menolak pengembangan dan perluasan penggunaannya. Pembangkit listrik tenaga nuklir juga menghadapi regulasi yang ketat dan biaya modal yang tinggi, yang membuatnya sulit untuk dibangun dan dioperasikan. Sebagai contoh, Afrika Selatan mengurungkan rencananya untuk membangun reaktor nuklir baru setelah menghadapi protes publik dan tantangan hukum.

Kekhawatiran bahwa teknologi nuklir akan berkontribusi pada proliferasi atau penyebaran senjata nuklir dan terorisme. Penggunaan energi nuklir melibatkan produksi dan penanganan bahan fisil, seperti uranium dan plutonium, yang dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir. 

Hal ini meningkatkan risiko proliferasi nuklir, atau penyebaran senjata nuklir ke lebih banyak negara atau aktor. Hal ini juga meningkatkan risiko terorisme nuklir, atau penggunaan bahan atau perangkat nuklir oleh aktor non-negara untuk tujuan jahat. Misalnya, program nuklir Iran telah menjadi sumber ketegangan internasional dan kecurigaan selama bertahun-tahun, karena potensinya untuk digunakan secara berganda untuk tujuan damai atau militer.

Mengapa Indonesia Tak Memanfaatkannya?

Meskipun energi nuklir memiliki sejumlah manfaat, Indonesia belum memanfaatkannya secara komersial hingga saat ini. Berikut analisis atas beberapa alasan mengapa Indonesia belum mengadopsi energi nuklir:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun