Perlu dipahami juga bahwa ada sejumlah oknum yang berani memutar uang orang lain yang dipinjam pada bisnis lain demi mendapatkan untung besar.Â
Jeleknya, mereka tak jujur di depan karena sadar korban bisa jadi menolak memberi bila tahu ke mana dananya akan diinvestasikan.
Btw, meski tulisan ini adalah sharing pengalaman yang negatif, namun di luar sana masih banyak orang baik dan orang lurus yang bisa saja datang menawarkan kerja sama pada para pembaca.Â
Pilihlah dengan bijak dan menganalisislah dengan seksama. Karena edukasi finansial tak hanya mengajarkan bagaimana mengelola dana tapi juga bagaimana membentengi uang agar tak bocor sia-sia.
Bila perlu, mintalah jaminan ataun agunan. Berlakulah seperti halnya meminjam di lembaga keuangan. Mau ada bunga atau tanpa bunga itu urusan diantara pemberi dan peminjam.Â
Karena dalam hal meminjamkan ke orang lain dengan dana pribadi, kadang yang paling diharapkan adalah kembali sesuai waktu. Lebih baik lagi sebelum ditagih sudah dibalikin.Â
Janganlah juga kebaikan seseorang dikhianati gara-gara persoalan pinjam meminjam uang. Bila hari gini sudah ada aplikasi yang bisa mendeteksi identitas seseorang lewat nama pada nomor HP, apa enggak bakalan "tercemar" dalam tanda kutip bila diketahui orang lain.
Sayang banget kan bila suatu saat si oknum peminjam melamar pekerjaan, dan bagian HRD mengecek identitas pelamar lewat aplikasi semacam itu. Bisa-bisa lamarannya di-skip atau dianggap punya perilaku buruk di lingkungan sosial.Â
So jagalah kepercayaan dan tetap berhati-hati membentengi simpanan dana. Karena salah-salah berelasi dengan orang, bukan makin stabil finansial tapi bisa bocor sia-sia.Â
Baca juga: "Mendeteksi Aroma Pencucian Uang lewat Pengajuan Kredit"Â
Salam,Â
Brader YeftaÂ