Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Hati-hati Berinvestasi dengan Uang Pribadi pada Usaha Peminjam

28 Desember 2021   15:25 Diperbarui: 29 Desember 2021   07:51 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berinvestasi | Sumber: Dokumentasi pribadi

Just Sharing...

Tulisan ini berangkat dari pengalaman sendiri. Namun tak hanya saya, melainkan sejumlah teman dan kenalan juga pernah alami kisah serupa.

Seseorang meminjam dana bukan pada lembaga finansial tapi pada perorangan secara pribadi. Namun akhirnya kebaikan hati meminjamkan dibalas dengan memutus komunikasi lantaran ditagih. 

Beberapa bulan saya coba menanyakan kapan bisa dikembalikan. Selain teramat butuh, ada keperluan yang mesti ditalangi. 

Namun saya yang belum pernah mengamini ungkapan "yang minjam lebih galak dari yang memberi", harus 1000 persen ngangguk-ngangguk kepala. Yes, now i am a victim. 

Hal yang paling bikin kesal dan emosional, ternyata nomor saya diblok. Dua kartu operator yang setia menemani saya selama lebih dari 10 tahun di Handphone, tiba-tiba hanya centang 1 di WA si peminjam. Foto profilnya hilang dan hanya satu arah rentetan pesan SMS maupun WA dari saya. 

Dia sedang apa dan di mana, seperti lirik lagunya Kerispatih, ya memang aku tak tau. Apa pentingnya juga asalkan uang saya balik. Karena belum pernah punya pengalaman buruk ada dusta di antara peminjam pribadi dan pemberi pinjaman, rasanya cukup bikin pegal. 

Saya lalu mencoba untuk ganti kartu. Puji syukur berhasil berkomunikasi. Tapi tak ada janji kepastian kapan dibalikin. 

Malah satu menit setelah selesai berbicara, nomor tersebut diblokir juga. Alamakk...saya ngelus dada sambil nelan ludah tapi meledak amarah di dalam jiwa. Rasanya nyesek banget. 

Tak habis akal, kemudian coba pake nomor HP seorang teman. Minta tolong ditelepon ke sana. Syukur anaknya yang angkat. Tapi enggak bicara dan diputus pembicaraanya lagi. Kemudian...yap benar tebakan Anda. Nomor teman saya itu pun diblokir. 

Ini yang menarik. Teman itu menyimpan dua nomor si peminjam tersebur di HP-nya dengan memberi nama pada masing-masing kartu, yakni Pinjam Uang Ngga Dibalikin dan satunya lagi Pinjam Uang Nomor Diblokir. 

Saya tau perihal nama-nama tersebut manakala mencoba masuk ke aplikasi yang mungkin sudah dikenal yakni G*TCO*TA* atau T***CA*L dengan iseng-iseng melacak nomor HP si peminjam. Dan cukup mengejutkan bagi saya karena enggak seekstrim gitu, hehe. 

Mengenali kebocoran finansial lewat trik peminjam pribadi dan sisi buruknya

Saya sudah lama bekerja di industri pembiayaan yang memberi kredit. Meski begitu, mengapa bisa kecolongan atau ketipu manakala oknum tersebut meminjam uang pribadi dan bukan uang dari kantor tempat bekerja. 

Alasan pertama, karena percaya sama orangnya. Ini nasabah sudah dikenal sekian tahun. Dia biasa kredit dana antara 50 juta hingga 80 juta. Dan tak pernah nunggak. Catet itu ya...Catet. Jadi bagaimana saya bisa tak percaya padanya. 

Alasan kedua, saya dan tim yang biasa menangani pengajuannya dari awal. Mulai dari survei, foto usaha, foto tempat tinggal dan semua dokumen lain. 

Hubungan itu tak lagi seperti nasabah dan pegawai finansial, tapi sudah seperti kakak adik atau keluarga karena saking dekat dan akrab. 

Alasan ketiga, dia menawarkan kerja sama pada segmen usaha yang dikelolanya sendiri, yang terbukti tahan banting di masa pandemi dan akan terus eksis dibutuhkan banyak warga. 

"Saya perlu modal, nanti kita bagi hasil. Sekian persen buat situ, sekian persen buat saya," demikian tawarannya hampir setahun silam. 

Saya kebetulan ada sejumlah dana di tabungan. Dengan sekian alasan di atas, saya percaya ditambah besaran persentase bagi hasil dibanding bunga deposito yang enggak seberapa, akhirnya saya hoa hoa aja. Cuzz transfer. 

Tapi saya beri syarat hanya untuk enam bulan saja. Setelah itu balikin dananya. Namun ending-nya bikin kesal. Nomor saya diblokir dan uang enggak balik-balik. 

Dana yang diinvestasi padanya bukan dipakai sebagai modal usahanya sesuai pembicaraan dan perjanjian, malah diinvestasikan ke pihak lain yang akhirnya berujung macet. 

Padahal kalo dia jujur ngomong di awal, enggak akan saya beri, karena paham tempat dia memutar uang dari saya itu rasio macetnya tinggi. Bahkan profil calon nasabah yang bekerja di sektor tersebut termasuk dalam kriteria yang biasa ditolak di kantor karena probabilitas macetnya besar. 

Saya jelas tak terima dan merasa dibohongi. Satu lagi yang perlu hati-hati dengan peminjam model begini adalah mereka tetap rajin membayar cicilan atau angsurannya di bank maupun di finance, tapi terhadap pinjaman uang pribadi mereka akan menunda-nunda. Itu salah satu trik. 

Mereka sadar bahwa pinjam ke orang kalo nunggak atau tidak diganti, tidak akan tercatat di BI Checking atau di SLIK. Riwayat kreditnya akan tercatat sebagai good debitur. Ini keuntungan mereka bisa diprioritaskan bila ajukan lagi oleh lembaga pembiayaan. 

Padahal bisa saja mereka punya utang pada orang per orang namun diabaikan atau dimolor-molorin. 

Mereka juga paham bahwa orang per orang akan susah berurusan ke pihak bank atau finance andai melapor dan mengalihkan cicilan mereka sebagai ganti uang yang terpinjam. 

Itu sangat complicated dan rasanya tak mungkin. Apalagi mereka angsurnya via ATM atau digital payment tanpa harus ke kantor cabang sebab otomatis masuk sistem. 

Bahkan seandainya Anda kerja di lembaga keuangan itu pun, Anda tak punya hak atau akses memindahkan angsuran itu dan mengalihkan jadi milikmu sebagai gantinya. Anda bisa di SP karena mengaitkan urusan kantor dengan urusan pribadi. 

Ketika komunikasi terputus karena diblokir, saya mendatangi langsung ke rumahnya. Dan oknumnya malah berkelit dengan alasan, "Lembaga pembiayaan resmi saja nasabahnya masih bisa menunggak dan tak boleh dikasari sama DC (Debt Collector), masa yang cuma perorangan enggak bisa."

Asli deh mesti banyak sabar ketemu yang beginian. Betul-betul jadi pelajaran. 

Alasan keempat, Bisa terjebak karena belum punya pengalaman ditipu sebelumnya. Tentu akan lebih hati-hati bila sudah pernah mengalami. 

Sebelum kejadian ini, pernah ada yang minjam tapi lancar-lancar aja. So, ini pelajaran juga, lebih hati-hati terhadap tawaran kerja sama apalagi dengan iming-iming sharing modal dan sharing profit. 

Perlu dipahami juga bahwa ada sejumlah oknum yang berani memutar uang orang lain yang dipinjam pada bisnis lain demi mendapatkan untung besar. 

Jeleknya, mereka tak jujur di depan karena sadar korban bisa jadi menolak memberi bila tahu ke mana dananya akan diinvestasikan.

Btw, meski tulisan ini adalah sharing pengalaman yang negatif, namun di luar sana masih banyak orang baik dan orang lurus yang bisa saja datang menawarkan kerja sama pada para pembaca. 

Pilihlah dengan bijak dan menganalisislah dengan seksama. Karena edukasi finansial tak hanya mengajarkan bagaimana mengelola dana tapi juga bagaimana membentengi uang agar tak bocor sia-sia.

Bila perlu, mintalah jaminan ataun agunan. Berlakulah seperti halnya meminjam di lembaga keuangan. Mau ada bunga atau tanpa bunga itu urusan diantara pemberi dan peminjam. 

Karena dalam hal meminjamkan ke orang lain dengan dana pribadi, kadang yang paling diharapkan adalah kembali sesuai waktu. Lebih baik lagi sebelum ditagih sudah dibalikin. 

Janganlah juga kebaikan seseorang dikhianati gara-gara persoalan pinjam meminjam uang. Bila hari gini sudah ada aplikasi yang bisa mendeteksi identitas seseorang lewat nama pada nomor HP, apa enggak bakalan "tercemar" dalam tanda kutip bila diketahui orang lain.

Sayang banget kan bila suatu saat si oknum peminjam melamar pekerjaan, dan bagian HRD mengecek identitas pelamar lewat aplikasi semacam itu. Bisa-bisa lamarannya di-skip atau dianggap punya perilaku buruk di lingkungan sosial. 

So jagalah kepercayaan dan tetap berhati-hati membentengi simpanan dana. Karena salah-salah berelasi dengan orang, bukan makin stabil finansial tapi bisa bocor sia-sia. 

Baca juga: "Mendeteksi Aroma Pencucian Uang lewat Pengajuan Kredit" 

Salam, 

Brader Yefta 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun