Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Ramai Kasus Perceraian, Ini 4 Dampaknya terhadap Kontrak Kredit Pembiayaan

8 September 2020   02:22 Diperbarui: 8 September 2020   08:22 2011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: equitabelmediation.com

Setelah lunas hampir setahun lamanya, beliau kembali menghubungi saya dan berniat ajukan kredit multiguna sekian juta. 

Berangkatlah saya ke rumahnya. Mereka tinggal di desa, jaraknya kurang lebih 20 kilometer dari kantor. Meski desa, namun tak desa-desa amat. Maksudnya jalan sudah beraspal dan kondisi rumahnya adalah bangunan batu bata berlantai satu tipe 36. Beliau menerima saya dengan baik namun tak terlihat sang istri.

"Mana istrinya Pak?", tanya saya karena pasangan harus juga menandatangani kontrak.

Perasaan sudah tak enak. Sejak awal bekerja, saya dan juga mungkin teman -teman yang bekerja di bidang pembiayaan, sudah diajarkan sejumlah gejala yang menunjukkan ketidakharmonisan calon nasabah dan pasangan lewat bahasa tubuh dan pengamatan. Jadi feeling-nya sudah mengarah ke sana.

"Istri saya sakit, lagi di kamar. Bisa saya bawa berkasnya ke kamar? Masnya tunjukkan saja di lembaran mana tanda tangannya, nanti saya bawa ke istri", katanya

Makin bertambah penasaran. Berkelebat di pikiran, beneran sakit apa sang istri tak setuju nih. 

"Maaf Pak, aturan kantor, saya harus melihat dan foto pada saat bapak dan ibu menandatangani sebagai bukti ke bagian kredit. Bahwa prosesnya benar dan bukan rekayasa", kata saya menjelaskan lantaran SOP-nya memang begitu.

Baru saja selesai bicara begitu, muncul sang istri tiba-tiba dari dalam kamar. Masih mengenakan daster dengan mata sembab, sepertinya habis menangis.

"Buat selingkuhanmu kau ambil uang itu? Belum cukup kau bikin sakit hati aku?", katanya dengan nada keras pada sang suami yang duduk bersama saya di ruang tamu.

Seketika saya kaget. Sang suami berusaha menenangkan istrinya namun terlambat. Malah terjadi keributan dan pertengkaran di depan saya. Nada saling meninggi. Ditingkahi bunyi piring dan sendok berubah posisi. 

Membuat saya akhirnya merapihkan berkas dan memasukkan mapnya dalam tas, lalu mohon izin permisi dan meninggalkan rumah mereka untuk berbalik ke kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun