Dahi Wong berkerut, sementara America mendekat, ikut mengecek, matanya melebar. “Ini… ini terasa penting”, Wong bergumam. “Tapi, kita butuh bantuan supaya bisa ngerti”.
America mengangguk, ekspresinya bercampur penasaran dan khawatir. “Tapi, siapa yang bisa bantu kita?”, America bertanya. Keduanya tidak tahu…belum.
Kembali ke adegan antara She-Hulk dan aku—tidak yakin dengan kata-kataku, She-Hulk keluar dari ruanganku. Dia membuat kerusakan di kantor Marvel Studios—properti berjatuhan, lampu-lampu berkedip—untuk mencari K.E.V.I.N. – si AI canggih yang mengatur narasi di MCU.
Sementara itu, di perpustakaan TVA, Wong membuka portal sihir untuk mencari bantuan. America melanjutkan analisis dokumen rahasia dengan semangat membara.
Di saat yang sama, She-Hulk masuk ke markas canggih K.E.V.I.N. dengan tampilan layar data futuristik. K.E.V.I.N. mengeluarkan suara datar, “Kamu lagi?”. Obrolan mereka terdengar intens. Tapi, sebelum semua selesai, layar berubah jadi gelap.
(Bersambung…)
English Version
Disclaimer:
This is a fanfiction story inspired by characters and concepts from the Marvel Cinematic Universe (MCU), owned by Marvel Studios and Disney. The story is set after the events of Doctor Strange: Multiverse of Madness, Deadpool & Wolverine, as well as the TV series WandaVision, She-Hulk: Attorney at Law and Daredevil: Born Again.
I do not own characters such as Jennifer Walters (She-Hulk), Wong, America Chavez, Nikki Ramos, Matt Murdock (Daredevil), K.E.V.I.N. or elements of the TVA and multiverse. This work is created purely for personal entertainment and community enjoyment, with no commercial intent. All original characters (e.g., Agent Praxis, Judge Vignya and me the writer) are my own creations. For collaboration, please contact: [adityanperdana@gmail.com].
The TVA portal closed as Jen Walters – still in her She-Hulk’s form, Wong, and America Chavez returned to Jen’s law office on Earth-616. The trial of Wanda from Earth-838, postponed after a tense standoff, lingered heavy in the air.