Mohon tunggu...
Adi Muhamad Fadilah
Adi Muhamad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Nama saya Adi Muhamad Fadilah saat ini saya sedang menempuh pendidikan di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Siliwangi di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saya suka menulis dan saya juga suka kamu :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gumam yang Tak Pernah Usai

9 Juni 2025   11:05 Diperbarui: 9 Juni 2025   11:17 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ai. Adi Muhamad Fadilah 

Pada malam hari. Tapi kulihat jam telah menunjukkan pukul 02.00 entah sebutannya mungkin sudah berubah menjadi pagi? Namun mataku masih saja sulit untuk ku pejamkan. 

Apa yang sedang dirimu pikirkan? Tanyaku pada diri.

Sebenarnya apa yang kau tunggu?

Padahal belum sempat ku jawab pertanyaan yang pertama diriku bertanya lagi. Entah karena Ia tak pernah tahu memikirkan apa atau Ia tak tahu harus menjawab apa?

Tiba-tiba terlintas lagi kenapa diriku bertanya pada diri sendiri? Entahlah ini sungguh rumit

Pertanyaan-pertanyaan itu kerap sekali muncul, bukan dari mulutku. Mulutku tak pernah berucap apa-apa, namun hati dan pikiranku yang tak pernah diam meributkan banyak hal.

Disudut kota yang riuh itu. Di ujung kota ini terdapat salah satu rumah kos tua yang terlihat kumuh, bukan karena penghuni kos nya yang tak pernah membersihkan, namun itu karena bangunannya sudah tua cat cat yang sudah terlihat sangat usang, sepintas seperti rumah yang sudah lama di tinggalkan.

Dibalik jendela kamar yang tak pernah terbuka dengan sempurna itu mungkin kau tak pernah tahu bahwa diriku masih tetap saja merangkai bait demi bait menyusun kata demi kata tentang pertanyaan yang tak pernah ku tujukan

Tentang dirimu dan segala hal yang tak sempat menjadi kita.

Dibalik jendela kamar yang tak pernah terbuka dengan sempurna itu terdengar suara hujan yang terjatuh dengan begitu pelan, tidak deras, tidak juga seperti rintik. Apakah karena Ia sedang menahan tangis? Namun kuduga bahwa Ia tak sanggup diam sepenuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun