Pada malam hari. Tapi kulihat jam telah menunjukkan pukul 02.00 entah sebutannya mungkin sudah berubah menjadi pagi? Namun mataku masih saja sulit untuk ku pejamkan.Â
Apa yang sedang dirimu pikirkan? Tanyaku pada diri.
Sebenarnya apa yang kau tunggu?
Padahal belum sempat ku jawab pertanyaan yang pertama diriku bertanya lagi. Entah karena Ia tak pernah tahu memikirkan apa atau Ia tak tahu harus menjawab apa?
Tiba-tiba terlintas lagi kenapa diriku bertanya pada diri sendiri? Entahlah ini sungguh rumit
Pertanyaan-pertanyaan itu kerap sekali muncul, bukan dari mulutku. Mulutku tak pernah berucap apa-apa, namun hati dan pikiranku yang tak pernah diam meributkan banyak hal.
Disudut kota yang riuh itu. Di ujung kota ini terdapat salah satu rumah kos tua yang terlihat kumuh, bukan karena penghuni kos nya yang tak pernah membersihkan, namun itu karena bangunannya sudah tua cat cat yang sudah terlihat sangat usang, sepintas seperti rumah yang sudah lama di tinggalkan.
Dibalik jendela kamar yang tak pernah terbuka dengan sempurna itu mungkin kau tak pernah tahu bahwa diriku masih tetap saja merangkai bait demi bait menyusun kata demi kata tentang pertanyaan yang tak pernah ku tujukan
Tentang dirimu dan segala hal yang tak sempat menjadi kita.
Dibalik jendela kamar yang tak pernah terbuka dengan sempurna itu terdengar suara hujan yang terjatuh dengan begitu pelan, tidak deras, tidak juga seperti rintik. Apakah karena Ia sedang menahan tangis? Namun kuduga bahwa Ia tak sanggup diam sepenuhnya.