Tadi siang, aku melihat seseorang yang mirip dirimu di kampus. Langkahnya, posturnya, cara ia memakai jilbabnya. Tapi saat menoleh, tentu saja itu bukanlah kamu. Kamu terlalu jauh untuk kembali, tapi terlalu dekat juga untuk kulupakan.
Saat ini aku mulai belajar, bahwa kehilangan bukanlah hanya tentang hilangnya sosok, namun tentang hening yang tiba-tiba muncul menggantikan suara. Ternyata benar yang pernah dikatakan seorang teman yang bernama adim. Ia berkata "Bahwa memahami seseorang dalam diam ternyata lebih menyakitkan daripada sekedar kehilangan."
Tapi kulihat kau baik-baik saja. Itu lebih dari cukup. Cukup untuk membuatku bertahan dengan sisa-sisa diriku yang tertinggal.
Meski entah sudah sejauh apa aku hilang, selama hatiku masih bisa menemukanmu~walau hanya sebagai siluet samar di tengah riuh kota ini-aku tahu, rinduku belum sepenuhnya selesai.
Aku menulis ini bukan untukmu. Mungkin untuk diriku sendiri. Untuk memastikan bahwa perasaan ini pernah nyata, dan aku tak sedang berhalusinasi. Aku mencintaimu tanpa tahu kenapa, dan semoga aku tak pernah tahu alasan untuk pergi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI