Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bermimpi Itu "Gratis", Mewujudkannya Butuh Persiapan

20 September 2025   12:00 Diperbarui: 19 September 2025   13:36 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://biz.kompas.com/read/2024/05/08/133648328/pentingnya-orangtua-ajarkan-anak-rajin-menabung-sejak-dini-dengan-tabungan-bri

Suatu hari saya pernah mendengar seorang pembicara berkata, "Bermimpi itu gratis." Kalimat itu terdengar sederhana, bahkan memotivasi. Tidak ada biaya untuk berangan-angan. Kita bebas bermimpi setinggi-tingginya.

Namun, seiring berjalannya waktu, saya menyadari ada bagian yang hilang dari kalimat itu. Mimpi sejatinya bukan hanya untuk dikhayalkan, tetapi untuk diwujudkan. Dan untuk mewujudkannya, selalu ada harga yang harus dibayar---entah itu berupa waktu, tenaga, disiplin, atau modal finansial.

Ketika Mimpi Harus Tertunda

Sekitar tahun 2014, saya punya mimpi sederhana tetapi sangat berarti, yakni berziarah ke India. Dalam keyakinan saya, perjalanan itu merupakan anjuran yang sebaiknya dilakukan sekali seumur hidup. Saya sudah membayangkan suasana perjalanan, doa-doa yang akan dipanjatkan, hingga pengalaman spiritual yang ingin saya rasakan.

Sayangnya, mimpi itu hanya bisa saya simpan dalam hati. Kondisi keuangan saat itu belum memungkinkan. Tabungan masih pas-pasan, pekerjaan pun belum stabil. Akhirnya, saya harus menunda impian itu tanpa tahu kapan bisa mewujudkannya.

Rasanya ada sedikit kecewa, tetapi juga dorongan untuk lebih serius merencanakan keuangan. Saya tidak ingin mimpi-mimpi lain berhenti hanya karena persoalan finansial.

Sepuluh Tahun Kemudian

Siapa sangka, satu dekade kemudian, di tahun 2024, mimpi itu akhirnya menjadi kenyataan. Dengan kondisi keuangan yang lebih stabil, saya bisa berangkat ke India. Rasanya seperti menutup sebuah lingkaran perjalanan panjang.

Butuh waktu sepuluh tahun, tetapi semua penantian itu terbayar lunas. Saya belajar bahwa mimpi tidak pernah benar-benar hilang. Ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk diwujudkan, selama kita konsisten menjaga harapan dan mempersiapkan diri.

Budaya Menabung di Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun