Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Akibat Wabah Corona "Jilid 2", Krisis Keuangan Akan Lebih Dahsyat?

16 Mei 2020   09:01 Diperbarui: 18 Mei 2020   10:02 1700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
peta penyebaran wabah corona di seluruh dunia| Sumber: Photo by Luis Acosta/AFP via Getty Images

Memang betul bahwa gelombang wabah corona tadi sangat mungkin terjadi, mengingat sampai tulisan ini dibuat, belum ditemukan vaksin yang teruji bisa menangkal virus tersebut. Oleh sebab itu, risiko bertambahnya jumlah pasien virus corona masih tetap terbuka lebar.

Namun demikian, dampak yang ditimbulkan wabah corona jilid 2 tentu tidak akan sehebat jilid 1. Hal ini cukup beralasan sebab negara-negara yang pernah mengalami wabah itu sudah mempunyai pengalaman yang cukup untuk mengantisipasi datangnya wabah corona berikutnya.

Selain itu, dari segi infrastruktur, peralatan medis, dan obat semua juga sudah cukup tersedia, sehingga andaikan wabah susulan tadi bakal tiba negara-negara tersebut jauh lebih siap daripada sebelumnya. Dengan demikian, efek buruk yang ditimbulkan akibat wabah susulan diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin.

sejumlah obat sudah diketahui bisa menyembuhkan corona/ sumber: news.detik.com
sejumlah obat sudah diketahui bisa menyembuhkan corona/ sumber: news.detik.com
Hal lain yang juga mesti diperhatikan ialah kesiapan ekonomi. Memang betul bahwa sejak wabah corona melanda beberapa bulan lalu, perekonomian Indonesia cukup morat-marit. Buktinya, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sepanjang kuartal 1 tahun 2020 menyusut menjadi 2,97%.

Meski begitu, sesungguhnya kondisi ini masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain, yang pertumbuhan PDB-nya sudah minus alias rawan terkena resesi. 

Artinya, perekonomian Indonesia masih bisa diselamatkan, asalkan pemerintah menerapkan sejumlah kebijakan yang bisa mendorong laju perekonomian yang sempat tersendat akibat PSBB.

Untuk itulah, pemerintah kemudian berpikir untuk menerapkan "timeline" pemulihan ekonomi. Biarpun sekarang masih berbentuk proposal, yang belum tentu akan dilaksanakan dalam waktu dekat, namun ancang-ancangnya sudah mulai terlihat.

Di antaranya ialah beroperasinya kembali transportasi publik, rencana kembali bekerja untuk karyawan di bawah umur 45 tahun, hingga berbagai macam pelonggaran lain yang membuka ruang bagi geliat perekonomian di masyarakat.

Walaupun kebijakan tadi sempat menuai kritik karena jumlah pasien yang terkena corona belum memperlihatkan tren yang negatif. Namun, sepertinya pemerintah hanya memiliki sedikit sekali amunisi untuk menyelamatkan perekonomian di tanah air dari dekapan pandemi Corona.

Segala upaya, seperti menerbitkan obligasi jumbo, memberikan relaksasi kredit, hingga memangkas pajak, sudah dilakukan untuk menyehatkan perekonomian dari krisis yang lebih dalam.

Tanpa membuka ruang untuk kegiatan ekonomi, sepertinya hal itu akan begitu sukar diwujudkan. Makanya, mau-tidak mau, suka-tidak suka, pemerintah mesti mengizinkan sejumlah kantor, perusahaan, dan pusat niaga untuk mulai beroperasi secara bertahap, agar roda ekonomi bisa terus berputar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun