Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Akibat Wabah Corona "Jilid 2", Krisis Keuangan Akan Lebih Dahsyat?

16 Mei 2020   09:01 Diperbarui: 18 Mei 2020   10:02 1700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
peta penyebaran wabah corona di seluruh dunia| Sumber: Photo by Luis Acosta/AFP via Getty Images

Investor asing sepertinya memutuskan "mudik" lebih cepat dari pasar modal Indonesia. Buktinya, sepanjang pekan ini, mereka begitu "getol" menjual saham-saham yang dimilikinya. Nilai transaksinya pun terbilang "jumbo", hingga tembus 3 triliun rupiah lebih. Alhasil, rebound IHSG pun tertahan di level 4500-an.

Peristiwa itu disebabkan oleh kekhawatiran investor asing terhadap wabah corona jilid 2. Biarpun sejumlah negara sudah membuka lockdown, ternyata hal itu memicu persoalan lain, yakni munculnya virus corona impor, penyebaran virus corona tanpa gejala, dan mantan pasien corona yang kembali sakit. Oleh sebab itu, jangan heran kalau situasi yang sebelumnya terlihat "cerah" kini berbalik "redup".

***
Kejadian itu mengindikasikan bahwa prospek perekonomian Indonesia dinilai kurang begitu bagus di mata investor asing. Meskipun pemerintah sudah "menyirami" sejumlah sektor ekonomi dengan beragam stimulus.

Namun, hal itu dinilai belum cukup meredakan kecemasan investor terhadap kerusakan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi corona dalam jangka panjang.

Tanda-tanda kerusakan tadi bisa dilihat dari menurunnya ekspor dan impor sepanjang bulan April kemarin. Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa secara year on year, pertumbuhan ekspor mengalami penurunan sebesar 7,02% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara, penurunan impor lebih dalam lagi, yakni 18,58%.

Hal lain yang juga bikin cemas ialah krisis finansial yang dialami oleh sejumlah perusahaan besar. Harus diakui, pandemi corona yang berlangsung selama 3 bulan lebih sudah "memukul" perekonomian di sejumlah sektor. Di antaranya ialah sektor transportasi, baja, properti, otomotif, hingga jasa keuangan.

ada banyak bisnis yang terancam bangkrut akibat pandemi corona/ sumber: wuwm.com
ada banyak bisnis yang terancam bangkrut akibat pandemi corona/ sumber: wuwm.com
Perusahaan-perusahaan besar yang berada di sektor itu pun sekarang sedang berjuang mengatasi krisis keuangan yang terjadi. Bagi perusahaan yang punya jumlah utang sedikit, persoalan tadi tentu bisa diatasi dengan baik.

Namun, bagaimana dengan nasib perusahaan lain, yang menanggung utang yang sedemikian besar, seperti Garuda Indonesia dan Krakatau Steel? Jika tidak mendapat bantuan finansial sesegera mungkin, bukan mustahil, perusahaan tadi akan mengalami kebangkrutan!

Hal itu boleh jadi bakal "mempertebal" kekhawatiran investor asing terhadap perekonomian di tanah air. Biarpun perekonomian Indonesia belum mengalami resesi, tapi jika situasinya begini-begini saja dalam jangka panjang, boleh jadi, akan muncul masalah ekonomi yang lebih hebat. 

Itulah yang membikin investor asing cenderung bersikap "wait and see" terhadap pasar keuangan di Indonesia.

***
Walaupun kekhawatiran tadi beralasan, sesungguhnya ada hal lain yang mesti dicermati agar kita bisa melihat peristiwa tersebut dengan "kacamata" yang lebih optimis. Sebut saja soal kesiapan sejumlah negara dalam menangani gelombang wabah corona jilid 2.

Memang betul bahwa gelombang wabah corona tadi sangat mungkin terjadi, mengingat sampai tulisan ini dibuat, belum ditemukan vaksin yang teruji bisa menangkal virus tersebut. Oleh sebab itu, risiko bertambahnya jumlah pasien virus corona masih tetap terbuka lebar.

Namun demikian, dampak yang ditimbulkan wabah corona jilid 2 tentu tidak akan sehebat jilid 1. Hal ini cukup beralasan sebab negara-negara yang pernah mengalami wabah itu sudah mempunyai pengalaman yang cukup untuk mengantisipasi datangnya wabah corona berikutnya.

Selain itu, dari segi infrastruktur, peralatan medis, dan obat semua juga sudah cukup tersedia, sehingga andaikan wabah susulan tadi bakal tiba negara-negara tersebut jauh lebih siap daripada sebelumnya. Dengan demikian, efek buruk yang ditimbulkan akibat wabah susulan diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin.

sejumlah obat sudah diketahui bisa menyembuhkan corona/ sumber: news.detik.com
sejumlah obat sudah diketahui bisa menyembuhkan corona/ sumber: news.detik.com
Hal lain yang juga mesti diperhatikan ialah kesiapan ekonomi. Memang betul bahwa sejak wabah corona melanda beberapa bulan lalu, perekonomian Indonesia cukup morat-marit. Buktinya, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sepanjang kuartal 1 tahun 2020 menyusut menjadi 2,97%.

Meski begitu, sesungguhnya kondisi ini masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain, yang pertumbuhan PDB-nya sudah minus alias rawan terkena resesi. 

Artinya, perekonomian Indonesia masih bisa diselamatkan, asalkan pemerintah menerapkan sejumlah kebijakan yang bisa mendorong laju perekonomian yang sempat tersendat akibat PSBB.

Untuk itulah, pemerintah kemudian berpikir untuk menerapkan "timeline" pemulihan ekonomi. Biarpun sekarang masih berbentuk proposal, yang belum tentu akan dilaksanakan dalam waktu dekat, namun ancang-ancangnya sudah mulai terlihat.

Di antaranya ialah beroperasinya kembali transportasi publik, rencana kembali bekerja untuk karyawan di bawah umur 45 tahun, hingga berbagai macam pelonggaran lain yang membuka ruang bagi geliat perekonomian di masyarakat.

Walaupun kebijakan tadi sempat menuai kritik karena jumlah pasien yang terkena corona belum memperlihatkan tren yang negatif. Namun, sepertinya pemerintah hanya memiliki sedikit sekali amunisi untuk menyelamatkan perekonomian di tanah air dari dekapan pandemi Corona.

Segala upaya, seperti menerbitkan obligasi jumbo, memberikan relaksasi kredit, hingga memangkas pajak, sudah dilakukan untuk menyehatkan perekonomian dari krisis yang lebih dalam.

Tanpa membuka ruang untuk kegiatan ekonomi, sepertinya hal itu akan begitu sukar diwujudkan. Makanya, mau-tidak mau, suka-tidak suka, pemerintah mesti mengizinkan sejumlah kantor, perusahaan, dan pusat niaga untuk mulai beroperasi secara bertahap, agar roda ekonomi bisa terus berputar.

***
Arah pasar modal di Indonesia sekarang memang susah ditebak. Jika dilihat dari trennya, jelas terlihat kalau pasar modal sedang memasuki periode konsolidasi. 

Investor yang bermain di dalamnya tampaknya belum bisa mengambil sikap yang jelas apakah akan mendorong IHSG memasuki masa bullish, atau justru sebaliknya menyeret IHSG melewati zona aman-nya.

Semua itu bisa terjadi lantaran investor terus memantau perkembangan pandemi corona di berbagai belahan dunia. Andaikan pelonggaran lockdown di sejumlah negara terbukti tidak menimbulkan gelombang penyebaran virus corona yang lebih hebat, boleh jadi investor akan mulai memasuki pasar saham secara bertahap.

Namun, kalau yang terjadi justru sebaliknya, efeknya bisa sedemikian fatal. Tak cuma akan menambah jumlah korban jiwa, pelonggaran tadi juga bakal membawa dunia ke dalam jurang resesi yang lebih dalam! 

Salam.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun