Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Investor Saham Juga Ikut "Berpuasa"?

7 Mei 2019   09:01 Diperbarui: 7 Mei 2019   12:17 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari pengalaman tersebut, saya jadi belajar bahwa dalam situasi apapun, kita mesti belajar bersabar. Sebab, kesabaran adalah bagian dari strategi dari investasi. Tanpa kesabaran, jangan harap kita bisa menuai untung besar di bursa saham.

Saya ingat memegang saham sebuah perusahaan obat pada bulan November tahun lalu. Saya beli saham tadi dengan harga "murah", yaitu Rp 800-an/ lembar. Disebut "murah" karena Price Earning Ratio-nya 17, masih jauh di bawah PER industri, yaitu 22x.

Setelah saya pegang dua bulan, harga saham tadi belum kunjung naik. Harganya masih segitu-segitu saja. Sempat saya merasa ragu. Saya jadi bertanya-tanya apakah saya telah membeli saham yang tepat? Bagaimana kalau ternyata saya salah memilih saham dan akhirnya bisa menanggung kerugian?

Kalau sampai terjadi, hal itu jelas di luar harapan saya. Seperti investor lainnya, saya tentu berharap saham yang saya beli naik harganya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Harganya ternyata stagnan dan saya berpotensi rugi waktu.

Alih-alih menjual saham tadi, saya memutuskan "berpuasa". Saya menahan rasa takut tadi dan terus melatih kesabaran. Biarpun dengan enteng saya bisa menuliskan pengalaman tersebut di artikel ini, bukan berarti itu mudah dilakukan pada saat itu.

Pada bulan Februari lalu, perusahaan merilis laporan tahunan yang memperlihatkan kenaikan laba. Dalam beberapa hari harga sahamnya langsung "terbang" dan saya berpotensi meraup untung sekitar 20%.

Saat itu, sebetulnya saya bisa langsung menjual saham tadi dan merealisasikan keuntungan tersebut. Namun, saya memutuskan menahannya lebih lama. Saya menambah beberapa lot lagi karena menilai prospeknya masih bagus beberapa bulan ke depan.

Beberapa bulan kemudian, lagi-lagi terjadi peristiwa di luar harapan saya: investor asing beramai-ramai menjual saham tadi, menyebabkan harganya jatuh cukup dalam!

Kalau saya terbawa emosi, mungkin pada waktu itu, sudah saya jual saham tadi. Namun, saya tetap bersikap tenang. Dalam keriuhan, saya mencoba berpikir jernih.

Hasilnya? Dengan kondisi harga turun, saya menambah saham tersebut lebih banyak. Saya justru memperlihatkan sikap yang berlawanan dengan pasar: saat yang lain menjual, saya justru membeli.

Selang beberapa minggu, setelah perusahaan merilis laporan keuangan kuartal 1 yang menunjukkan kenaikan laba, lagi-lagi harga sahamnya terbang! Di situlah saya berpikir, andaikan saya lepas sebelumnya, mungkin kesempatan untuk meraih untung besar akan hilang. Kini masih saya pegang saham tadi karena "cerita indah"-nya masih akan berlanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun