Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Investor Saham Juga Ikut "Berpuasa"?

7 Mei 2019   09:01 Diperbarui: 7 Mei 2019   12:17 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Shutterstock

Bagi saya, awal Ramadhan selalu menghadirkan "atmosfer" yang berbeda. Sebab, momen tersebut sering "diwarnai" dengan Tradisi Munggahan. Sebuah tradisi yang sudah dilakukan oleh masyarakat Sunda sejak zaman dahulu.

Saat Munggahan, mayoritas warga, terutama yang menjalankan ibadah puasa, akan menghentikan aktivitasnya sejenak. Warga umumnya memanfaatkan waktu luang untuk membaca kitab suci, mendengar khotbah, mengunjungi sanak keluarga, atau pergi berziarah. Semua itu dilakukan untuk mawas diri dan silaturahmi.

Biarpun bermanfaat, sayangnya, munggahan tidak berlaku di bursa saham. Pada awal puasa, pasar saham tetap buka dan transaksi berjalan seperti biasa. Semua tampak normal-normal saja. Selain kabar bahwa IHSG "melorot" sekitar 1% akibat sentimen negatif, sepertinya tidak ada yang "spesial" pada sesi perdagangan 6 Mei kemarin.

Meski begitu, bukan berarti tidak ada pelajaran yang bisa dipetik. Kalau dicermati lewat "kacamata" yang berbeda, ternyata kita bisa menemukan hubungan antarabulan puasa dan perilaku investor. Bahwa seperti masyarakat pada umumnya, investor saham ternyata juga belajar "berpuasa". Hanya saja, cara berpuasanya agak berbeda.

Berpuasa sejatinya adalah upaya untuk mengendalikan hawa napsu. Orang yang berpuasa belajar menahan godaan yang datang. Saat rasa lapar, haus, atau amarah muncul di dalam hati, ia mencoba bersabar. Pada saat berpuasa, kesabaran seseorang memang benar-benar diuji, terutama dalam menghadapi emosi-emosi negatif.

Hal itu juga berlaku bagi investor saham. Investor yang piawai tak hanya jago memilih saham, tetapi juga harus andal mengelola emosi. Maklum, di dunia saham, ada dua macam emosi yang sering melanda hati para investor, yaitu takut dan tamak.

Kedua emosi itulah yang sanggup menggoyang pasar saham. Saat rasa takut dikalangan investor muncul, harga saham berguguran. Sebaliknya, ketika rasa tamak berkuasa, pasar saham bisa "diselimuti" euforia gila-gilaan.

Investor yang berpengalaman biasanya mampu berpikir jernih saat terjadi kehebohan semacam itu. Investor yang bersangkutan jelas punya kecerdasan emosi yang baik sehingga segaduh apapun kondisi pasar saham, ia sukar terpengaruh.

Kemampuan dalam mengelola emosi tadi tidak muncul secara tiba-tiba. Investor tersebut tentu sudah terbiasa "berpuasa" sebelumnya. Boleh jadi, ia sudah sering "berpuasa" menahan emosi takut dan tamak yang muncul di dalam bursa. Makanya, jangan heran, ia bisa tetap tenang memegang sahamnya biarpun harganya sudah "berdarah-darah", dan juga mampu berpikir waras ketika kondisi pasar sedang dilanda kegilaan!

Dalam situasi demikian, kesabaran seorang investor memang akan dites. Berbagai situasi, susah maupun senang, sering datang silih berganti di bursa saham. Sebagai investor, saya sudah pernah mengalami semua situasi tadi sehingga "panas-dingin"-nya bursa saham sudah jadi hal yang biasa.

Dari pengalaman tersebut, saya jadi belajar bahwa dalam situasi apapun, kita mesti belajar bersabar. Sebab, kesabaran adalah bagian dari strategi dari investasi. Tanpa kesabaran, jangan harap kita bisa menuai untung besar di bursa saham.

Saya ingat memegang saham sebuah perusahaan obat pada bulan November tahun lalu. Saya beli saham tadi dengan harga "murah", yaitu Rp 800-an/ lembar. Disebut "murah" karena Price Earning Ratio-nya 17, masih jauh di bawah PER industri, yaitu 22x.

Setelah saya pegang dua bulan, harga saham tadi belum kunjung naik. Harganya masih segitu-segitu saja. Sempat saya merasa ragu. Saya jadi bertanya-tanya apakah saya telah membeli saham yang tepat? Bagaimana kalau ternyata saya salah memilih saham dan akhirnya bisa menanggung kerugian?

Kalau sampai terjadi, hal itu jelas di luar harapan saya. Seperti investor lainnya, saya tentu berharap saham yang saya beli naik harganya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Harganya ternyata stagnan dan saya berpotensi rugi waktu.

Alih-alih menjual saham tadi, saya memutuskan "berpuasa". Saya menahan rasa takut tadi dan terus melatih kesabaran. Biarpun dengan enteng saya bisa menuliskan pengalaman tersebut di artikel ini, bukan berarti itu mudah dilakukan pada saat itu.

Pada bulan Februari lalu, perusahaan merilis laporan tahunan yang memperlihatkan kenaikan laba. Dalam beberapa hari harga sahamnya langsung "terbang" dan saya berpotensi meraup untung sekitar 20%.

Saat itu, sebetulnya saya bisa langsung menjual saham tadi dan merealisasikan keuntungan tersebut. Namun, saya memutuskan menahannya lebih lama. Saya menambah beberapa lot lagi karena menilai prospeknya masih bagus beberapa bulan ke depan.

Beberapa bulan kemudian, lagi-lagi terjadi peristiwa di luar harapan saya: investor asing beramai-ramai menjual saham tadi, menyebabkan harganya jatuh cukup dalam!

Kalau saya terbawa emosi, mungkin pada waktu itu, sudah saya jual saham tadi. Namun, saya tetap bersikap tenang. Dalam keriuhan, saya mencoba berpikir jernih.

Hasilnya? Dengan kondisi harga turun, saya menambah saham tersebut lebih banyak. Saya justru memperlihatkan sikap yang berlawanan dengan pasar: saat yang lain menjual, saya justru membeli.

Selang beberapa minggu, setelah perusahaan merilis laporan keuangan kuartal 1 yang menunjukkan kenaikan laba, lagi-lagi harga sahamnya terbang! Di situlah saya berpikir, andaikan saya lepas sebelumnya, mungkin kesempatan untuk meraih untung besar akan hilang. Kini masih saya pegang saham tadi karena "cerita indah"-nya masih akan berlanjut.

Sebagai penutup, untuk menggambarkan pentingnya kesabaran dalam berinvestasi saham, saya ingin mengutip kata-kata dari Lo Kheng Hong, seorang investor saham terkenal. Dalam sebuah wawancara, ia pernah berkata, "Jadi, investasi itu butuh kesabaran dan daya tahan. Bursa adalah perangkat untuk memindahkan uang dari orang yang tidak sabar kepada orang yang sabar."

Salam.

Adica Wirawan, founder of Gerairasa

Referensi:
Tradisi Munggahan Sambut Ramadhan ala Polisi, Cucurak-Gowes Bareng Ulama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun