Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Megawati-Jokowi dan Ilusi Masa Depan Demokrasi

18 Januari 2023   06:02 Diperbarui: 18 Januari 2023   11:18 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebetulnya di beberapa negara juga demikian. Dengan kekuasaan, konstitusi diubah. 

Putin dua kali jadi perdana menteri yang menjalankan pemerintahan. Saat berkuasa, konstitusi diubah. 

Pada pemilu berikutnya, kursi presiden yang diincar dan dapat juga. Dua kali pula.

Erdogan juga demikian. Perdana menteri dua kali di awal-awal. 

Kemudian konstitusi memungkinkan ia maju lagi dalam konteks presiden dan terpilih. Sama seperti Putin, dua kali pula. 

Jadi, persoalan keterbatasan sumber daya manusia dan adanya pembatasan itu tidak hanya terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Ini juga terjadi di negara yang disebut banyak kalangan sebagai negara maju seperti Rusia dan Turki.

Ini sama persis seperti Suharto yang menjaga benar kursinya sampai 32 tahun. 

Demokrasi semakin tak punya makna lagi. [Adian Saputra]

Foto pinjam dari sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun