Sebetulnya di beberapa negara juga demikian. Dengan kekuasaan, konstitusi diubah.Â
Putin dua kali jadi perdana menteri yang menjalankan pemerintahan. Saat berkuasa, konstitusi diubah.Â
Pada pemilu berikutnya, kursi presiden yang diincar dan dapat juga. Dua kali pula.
Erdogan juga demikian. Perdana menteri dua kali di awal-awal.Â
Kemudian konstitusi memungkinkan ia maju lagi dalam konteks presiden dan terpilih. Sama seperti Putin, dua kali pula.Â
Jadi, persoalan keterbatasan sumber daya manusia dan adanya pembatasan itu tidak hanya terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Ini juga terjadi di negara yang disebut banyak kalangan sebagai negara maju seperti Rusia dan Turki.
Ini sama persis seperti Suharto yang menjaga benar kursinya sampai 32 tahun.Â
Demokrasi semakin tak punya makna lagi. [Adian Saputra]
Foto pinjam dari sini