Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Megawati-Jokowi dan Ilusi Masa Depan Demokrasi

18 Januari 2023   06:02 Diperbarui: 18 Januari 2023   11:18 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Megawati. Sumber foto Kompas.com

Mega di posisi presiden, Jokowi mendampinginya sebagai wapres.

Bagaimana dengan demokrasi kalau memang ini kejadian? Demokrasi kita akan mati. Demokrasi sekadar ilusi. 

Dengan dua sisa partai yang berada di luar pemerintahan, PKS dan Demokrat, tak bakalan kuat menyeimbangi.

Apalagi kerja advokasi kepada rakyatnya masih jauh dari harapan. Kerja partai sekarang tidak bisa mendorong publik juga untuk bergerak.

Kerja partai sekarang sekadar mengisi akun media sosial TikTok. Sudah senang ditonton banyak orang dan penuh puja dan puji.

Ini seperti ada orang demo tentang petani, tapi petaninya santai saja. Dia tidak tahu bahwa orang yang demo itu justru mau menolong dirinya.

Parlemen seperti tak punya singanya lagi. Ada singa semacam Fahri Hamzah tapi sudah tidak di kabinet.

Entahlah dengan partainya yang baru, Fahri mampu menduduki kursi di Senayan lagi atau tidak.

Penolakan harga bahan bakar minyak yang pernah dilontarkan PKS dan sempat walkout dari paripurna DPR, juga senyap begitu saja. Rakyat tidak terbawa spirit untuk menjadi bagian penting dalam demokrasi.

Jadi, kalau sekiranya skenario Mega-Jokowi ini berjalan, dan memang berujung menang, kita ucapkan panjang umur perjuangan. Kerja keras untuk mengembalikan demokrasi pada perputaran kekuasaan antarelite butuh proses panjang lagi.

Kerja berat meruntuhkan Suharto malah meruntuhkan muruah demokrasi dengan ketiadaan pergiliran kekuasaan kepada yang lain. Orangnya hanya berputar dengan yang itu-itu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun