Mega di posisi presiden, Jokowi mendampinginya sebagai wapres.
Bagaimana dengan demokrasi kalau memang ini kejadian? Demokrasi kita akan mati. Demokrasi sekadar ilusi.Â
Dengan dua sisa partai yang berada di luar pemerintahan, PKS dan Demokrat, tak bakalan kuat menyeimbangi.
Apalagi kerja advokasi kepada rakyatnya masih jauh dari harapan. Kerja partai sekarang tidak bisa mendorong publik juga untuk bergerak.
Kerja partai sekarang sekadar mengisi akun media sosial TikTok. Sudah senang ditonton banyak orang dan penuh puja dan puji.
Ini seperti ada orang demo tentang petani, tapi petaninya santai saja. Dia tidak tahu bahwa orang yang demo itu justru mau menolong dirinya.
Parlemen seperti tak punya singanya lagi. Ada singa semacam Fahri Hamzah tapi sudah tidak di kabinet.
Entahlah dengan partainya yang baru, Fahri mampu menduduki kursi di Senayan lagi atau tidak.
Penolakan harga bahan bakar minyak yang pernah dilontarkan PKS dan sempat walkout dari paripurna DPR, juga senyap begitu saja. Rakyat tidak terbawa spirit untuk menjadi bagian penting dalam demokrasi.
Jadi, kalau sekiranya skenario Mega-Jokowi ini berjalan, dan memang berujung menang, kita ucapkan panjang umur perjuangan. Kerja keras untuk mengembalikan demokrasi pada perputaran kekuasaan antarelite butuh proses panjang lagi.
Kerja berat meruntuhkan Suharto malah meruntuhkan muruah demokrasi dengan ketiadaan pergiliran kekuasaan kepada yang lain. Orangnya hanya berputar dengan yang itu-itu saja.