Mohon tunggu...
Adhi Saputra Batubara
Adhi Saputra Batubara Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Whatever Your Problem Smile

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku yang Sedang Merebut Senja

14 Oktober 2022   17:07 Diperbarui: 14 Oktober 2022   17:42 1485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest/aestheticpeople

Ada saatnya seseorang berangkat dan ada saatnya seseorang harus pulang. Dan diantara keduanya, adalah perjalanan. Aku telah menggambar setiap senja, senja yg merah, senja yg memulangkan unggas ke sarang2, senja yg mengembalikan aku pada gelap, senja yg mengembalikan aku pada rumah, yg sebenarnya tak ingin ku singgahi. Tapi pada suatu ketika, seseorang harus pulang bukan ?  

Pada rumah aku pulang, tapi pada gelap. Ya..pada gelap. Ternyata aku berangkat. Dan inilah kisah perjalananku, menjemput gelap. Semua masih sama. Seperti 7, 8 bulan yg lalu, tersimpan rapi di bawah debunya masing2. Serapi kisah kita yg begitu kusam kebenarannya. Sampai aku yakin bahwa debu adalah bagian darinya.

Dulu aku berangkat dari "rumah" ini karna aku muak pada dusta yg kadang ku percaya, lalu aku terbang memburu cahaya. Seperti laron terbang memburu lentera. Tapi perlahan2 membakar sayapku. Aku pulang, menjemput gelap yg ingin ku sembunyikan dari siapapun. Langit. Untuk semua gelap ini, aku tak ingin kau tau, meskipun kita telah dipertemukan oleh senja yg sama. Aku tau, kau akan terus memburunya, dari cakrawala ke cakrawala. Dan lalu kau kirimkan senja-senja itu padaku, lewat "inong", satu2 alamat yg kau kenal, untuk semua pesan2 mu.

Aku adalah senja. Aku berangkat dari terang menyongsong gelap. Pada tiap ketikanya, hatiku lebam sewarna lembayung.  Dan mengertikah kau ini semua langit ? Disaat kita bertemu untuk pertama kalinya, lalu kita bertengkar berebut senja. Ya, tentu saja itu cuma senja, senja yg seharusnya bisa dibagi baik2. Dan siapa kau bilang namamu tadi ? Langit ? betapa tololnya berebut senja dengan kamu.

Langit, kamu tahu betul cara menyakiti hatiku. Bagi mereka yg pernah terluka dan disakiti dengan cara demikian. Dan itu kamu langit. Mungkin karena kita sama2 pernah terluka, begitukah langit ? Begitu lihaikah kita menipu diri sendiri dengan cara menyakiti orang lain ? agar kita merasa lebih baik ? begitukah ?

Kau selalu bilang dalam suratmu, bahwa senja tidak pernah sama lagi setelah kita bertemu. Kau bilang bahwa kau telah memburu cakrawala selama ini. Tapi kini kau memburunya hanya karena kau ingin menemukanku pada senja-senja itu. Tidak ! tidak langit, jangan cari aku pada senja itu. Senja lenyap perlahan. Langit, aku tidak akan memilikinya lagi dan yg tertinggal hanyalah kesendirian. Mengherankan, bahwa ketika kau sendirian kau merasa harus berjaga.

Kesendirian adalah candu. Semakin kau sendiri, semakin kau butuh kepercayaan yg lebih besar untuk membiarkan seseorang menemanimu. setiap kali kau ingin mengakhirinya dengan kesendirian yg lebih besar, sampai yg tersisa kemudian adalah... KEKOSONGAN.

Aku merasa ada dia yg selama ini kau tutup rapat, kini terbuka perlahan. Lihat,siapa yg mendustai siapa,kecuali dirimu berhadapan dg dirimu sendiri. Aku, senja yg keras kepala ini, tengah berangkat menjemput gelap. Dan kamu, langit yg sinis itu sedang pulang menyongsong terang,  hingga kelam mempertemukan kita langit. Lihat langit, hal ini membuat kita pandai berdusta, terutama pada diri sendiri.

Namamu senja. Engkau hidup diantara terang dan gelap. Terang memberimu kesempatan untuk mengenal gelap. Dan gelap memberiku kesempatan untuk tetap bertahan dalam keindahan maknanya. Ya, namamu senja. Kau bersahabat dengan munculnya cahaya, beriringan dengan hilangnya cahaya. Hadirnya matahari menutup asa dan bulan yg begitu lembut, serta kesetiaan langit menemani keduanya. Ya, namaku senja. Aku berangkat menyongsong gelap, dan aku ingin tidak seorangpun datang, begitu juga kamu.

Senja telah mempertemukan kita, dan senja pula yg memisahkan kita. Jangan kirimi aku senja2 itu lagi langit. Dan jangan pula kamu berkata kamu akan datang, sebab sendiri adalah candu. Dan setiap candu akan berakhir dengan sunyi. Tidak tempat untuk menangis, jangan kau datang untuk menyaksikan itu semua.

"kamu liat gak senja itu ? senja datang dan hari berganti. Setiap kita berada diambang batas, kita sering jadi gamang. Tapi senja juga bisa indah, ia bisa menyihirmu menjadi pekik camar, menjadi  sebuah pelabuhan rahasia, yang menanti seseorang untuk sebuah pertemuan".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun