Air hujan ditampung lebih dulu di drum agar kotoran dan partikel mengendap sebelum digunakan. Dengan begitu, air yang masuk ke kolam tetap bersih dan masih layak untuk ikan. Penampungan ini juga membantu menghemat listrik lantaran tidak seluruhnya bergantung pada jet pump.
4. Cara Lain yang Kami Praktikan untuk Memanen Air Hujan
Selain embung, sumur resapan, biopori, dan drum penampung, kami juga membuat parit resapan (selokan) di samping rumah, membiarkan sebagian pekarangan tetap berupa tanah terbuka dengan rumput, serta menanam banyak beragam pohon buah di sekeliling rumah.
Dari total tanah seluas 1.000 meter persegi yang kami miliki, separuhnya dimanfaatkan sebagai area resapan melalui embung, sumur resapan, pekarangan, dan jalan dengan paving block berpori. Dengan begitu, lebih banyak air hujan yang bisa meresap ke dalam tanah.
Bagi kami, musim hujan adalah berkah sekaligus musim panen air. Dengan cara ini, harapannya ketika musim hujan tidak terjadi banjir, dan ketika musim kemarau panjang tidak mengalami kekeringan. Upaya ini juga mencegah penurunan permukaan air tanah yang kami gunakan melalui jet pump.
Bagi keluarga kami, praktik ini adalah bentuk kontribusi kecil agar air tetap tersedia sepanjang tahun. Air memang anugerah besar, tetapi tidak tak batas.
Walaupun saat ini terasa melimpah, bukan berarti boleh boros. Dengan hidup hemat, memanfaatkan ulang, serta menabung air lewat embung, sumur resapan, dan biopori, kita bisa lebih tenang menghadapi musim kemarau.
Sebab menjaga air bukan hanya untuk hari ini, melainkan juga untuk masa depan keluarga, masyarakat, dan lingkungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI