Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Praktik Menabung Air Hujan di Rumah untuk Stok Musim Kemarau

1 September 2025   19:41 Diperbarui: 2 September 2025   06:57 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Drum sumur resapan penampung air limbah rumah tangga (Foto: Dokumentasi Pribadi)***

Kita semua tahu, di Mekah, Madinah, dan sebagian besar wilayah Timur Tengah, air merupakan sumber daya yang terbatas. Kondisi ini sangat berbeda dengan di tanah air, di mana air relatif lebih mudah didapatkan.

Kebiasaan inilah yang membuat jemaah Indonesia kerap dianggap boros air. Latar belakangnya sederhana, mereka terbiasa hidup di lingkungan dengan pasokan air yang melimpah. Namun, kebiasaan tersebut jelas tidak bisa diterapkan di daerah dengan ketersediaan air yang terbatas.

Karena itu, penting untuk selalu menyesuaikan pemakaian air dengan situasi dan kondisi setempat. Menurut saya, kuncinya adalah membiasakan diri menggunakan air secukupnya. Pemahaman "secukupnya" pun bisa berbeda tergantung situasi dan kondisi setempat. Di daerah dengan pasokan air melimpah tentu berbeda dengan daerah yang sulit mendapatkan air.

Selain itu, mengendalikan pemakaian air di rumah tangga juga harus menjadi tanggung jawab bersama seluruh anggota keluarga. Tidak hanya soal berhemat, tetapi juga bagaimana kita bisa "menabung" air untuk masa depan yang lebih berkelanjutan, agar merdeka krisis air bersih.

Di sini saya ingin berbagi pengalaman praktik menabung air yang kami lakukan di rumah.

1. Edukasi Hemat Air di Lingkungan Keluarga

Toren Air kapasitas 500 liter untuk kebutuhan rumah tangga (Foto Dokumentasi Pribadi)***
Toren Air kapasitas 500 liter untuk kebutuhan rumah tangga (Foto Dokumentasi Pribadi)***

Meski air terasa melimpah, kebiasaan hemat air tetap perlu dibangun sebagai bagian dari edukasi keluarga. Hal sederhana bisa dimulai dari cara menutup keran dengan benar. Misalnya, saat menyikat gigi, mencuci piring, atau mencuci pakaian dan perabot rumah tangga. Begitu juga saat mandi, gunakan air secukupnya, jangan berlebihan. Bahkan saat mencuci kendaraan pun sebaiknya tidak boros.

Selain itu, tidak semua air bekas harus dibuang. Air cucian beras atau sayur bisa dipakai untuk menyiram tanaman. Air hujan juga bisa ditampung untuk kebutuhan non-konsumsi. Cara-cara kecil ini ringan, ramah lingkungan, dan membuat penggunaan air lebih terkendali.

Artinya, hemat air tidak bisa dilakukan sendirian. Semua anggota keluarga perlu terlibat. Jika kesadaran ini sudah menjadi budaya keluarga, hidup hemat air akan terasa lebih mudah.

2. Menabung Air dengan Embung, Sumur Resapan, dan Biopori

Di sekitar rumah kami terdapat embung, sumur resapan, dan lubang biopori. Semua ini berfungsi menjaga kestabilan air tanah agar ketersediaannya tetap terjaga.

Embung sebagai Kolam Resapan Tadah Hujan

Embung sebagai kolam tadah hujan (Foto: Dokumentasi Pribadi)***
Embung sebagai kolam tadah hujan (Foto: Dokumentasi Pribadi)***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun