Ada keindahan manis bila akhirnya kita jatuh pada seseorang yang sejak awal sudah duduk di bangku cerita hidup kita. Ia bukan wajah asing yang singgah tiba-tiba, bukan nama baru yang membawa tanya, melainkan sosok lama yang diam-diam menanamkan kenyamanan. Bersamanya, dunia tak lagi penuh teka-teki, melainkan rumah yang selalu menanti.Betapa seru rasanya menjadikan teman sendiri sebagai pasangan. Kita tertawa dengan senda yang pernah kita bangun bertahun-tahun, kita berbagi rahasia dengan rahasia yang tak lagi harus dijaga rapat-rapat, sebab ia sudah menjadi penjaganya sejak dulu. Bersamanya, jatuh cinta tak terasa seperti melompat ke jurang, melainkan pulang ke pelukan yang sudah lama menunggu.
"Orang lama pemenangnya". Kalimat itu kini berdenyut lebih nyata. Sebab dari sekian banyak kemungkinan, justru yang paling dekatlah yang memenangkan hati. Ia bukan hanya mengerti cara kita tersenyum, tapi juga hafal luka-luka yang pernah kita sembunyikan. Dan dari setiap luka yang ia saksikan, tumbuhlah cinta yang lebih jujur, lebih dalam, lebih tahan uji.
Cinta dengan teman sendiri bukan cinta yang meledak seperti kembang api di langit malam. Ia seperti matahari pagi-perlahan naik, lembut, hangat, tapi pasti. Ia tak mengagetkan, justru menenangkan. Dan justru karena itu, ia jauh lebih indah. Sebab kita tahu, yang datang tiba-tiba mungkin saja hilang tiba-tiba, tapi yang bertahan lama, dialah yang setia menjaga sampai akhir cerita.
Maka, betapa indahnya jika akhirnya kita sadar, pemenang sejati bukanlah yang baru datang membawa janji, melainkan yang sejak dulu ada, tanpa pamrih, tanpa riuh, dan kini, ia berdiri di samping kita, bukan lagi sekadar teman biasa, melainkan teman hidup sampai surga.
Ada yang tak pernah kita sadari dalam perjalanan panjang hidup ini bahwa sering kali kebahagiaan tidak datang dari sosok baru yang tiba-tiba hadir, melainkan dari seseorang yang sejak lama sudah ada di sisi kita. Teman yang tahu gelak tawa kita tanpa perlu dijelaskan, yang mengerti diam kita tanpa perlu dipertanyakan.
Betapa serunya bila akhirnya hidup mempertemukan kita dalam takdir yang lebih dekat, bukan lagi sekadar kawan seperjalanan, tapi pasangan sejiwa. Rasanya seperti membaca buku yang sudah kita kenal setiap halamannya, lalu menemukan bahwa di balik lembaran lama itu tersimpan bab baru yang jauh lebih indah.
Tak perlu basa-basi, sebab rahasia kecil kita sudah saling terjaga. Tak perlu berpura-pura, sebab kita pernah menjadi saksi jatuh-bangun satu sama lain. Dan dari sanalah muncul rasa yang tak bisa ditandingi oleh kehadiran baru.
Mungkin inilah yang disebut orang lama pemenangnya. Karena pada akhirnya, siapa yang lebih mengenal kita selain dia yang hadir sebelum semua cerita dimulai? Siapa yang lebih pantas bertahan, kalau bukan ia yang sudah lama menetap tanpa pernah lelah?
Cinta dengan teman sendiri adalah cinta yang sederhana tapi bikin candu, ringan namun menggetarkan, biasa namun justru istimewa menenangkan. Sebab, kita tak hanya mencintai, tapi juga merawat persahabatan yang sejak awal menjadi pondasi. Dan di situlah letak keindahannya, kisah cinta yang tak lahir dari kejutan, melainkan dari kesetiaan yang diam-diam tumbuh menjadi tak tergantikan.
Page 2
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI