"halo evan ?katanya mau jemput"
"kan udah janji kok ga jemput"
"evan ?"
"halooo ?"
"kok ga ngomong sih"
Ku akhiri panggilan tersebut. Air mataku terus mengalir ternyata seperti ini rasanya sudah dibuat terbang tinggi lalu dijatuhkan. Tak lama evan datang, kuhapus dengan cepat air mataku.
"aku gaenak badan, pengen pulang"
"tapi ra ini gimana, filmnya juga gimana ?"
"aku pulang naik taksi aja, nih handphone kamu" aku pergi meninggalkannya
Evan sempat mengejarku dan meneriakkan namaku namun, tak kuhiraukan. Di dalam taksi yang hanya bisa ku lakukan hanyalah menangis. Terdapat sebuah panggilan masuk dari evan, kumatikan ponselku dan tak kuhiraukan lagi dia. Setelah ini rasanya aku tak ingin menjumpainya lagi, terlebih ia sudah memiliki seorang. Sesampainya di rumah ibuku sempat menanyakan kenapa namun hanya kijawab tidak apa apa.
 Ternyata evan menyusulku ke rumah, ku dengar ibuku menyuruhnya ke kamarku. Rasanya ingin tenggelam saja.