Perundingan pada akhirnya berhasil dilakukan dengan banyak bonus untuk kehidupan kami kelak. Bayangkan saja, nantinya ibuku akan memiliki kontrakan dan aku memiliki apartemen, untuk menjadi istri-istrian si dosen.Â
Pemakaman pada akhirnya berlangsung dengan baik. Ibu nampak tenang sampai akhir pemakaman. Namun ketika pulang ke rumah dia tidak lagi kuat menahan air matanya. Begitupun adik dan kakak. Sedangkan aku hanya membersihkan rumah untuk acara tahlilan nanti malam.
"Duhai langit! Jangan mendung. Berikan aku cahaya agar aku tidak mengikuti arus derasnya kehidupan."
Teh poci bendera Cina sudah datang bersama banyaknya makanan dari dosen, dengan lirikan paling nakal yang pernah ada.
"Ya Rab, kumpulkanlah  keberanianku untuk membuat hidup ini menjadi lebih sederhana lagi."
Sesayup suara azan magrib memanggil, aku bersujud meminta banyak kebahagiaan untuk seluruh keluargaku.
Bersambung,
Jakarta, 17 Desember 2019.