Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ajari Aku Menjadi Dewasa

17 Desember 2019   12:55 Diperbarui: 18 Desember 2019   15:14 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perundingan pada akhirnya berhasil dilakukan dengan banyak bonus untuk kehidupan kami kelak. Bayangkan saja, nantinya ibuku akan memiliki kontrakan dan aku memiliki apartemen, untuk menjadi istri-istrian si dosen. 

Pemakaman pada akhirnya berlangsung dengan baik. Ibu nampak tenang sampai akhir pemakaman. Namun ketika pulang ke rumah dia tidak lagi kuat menahan air matanya. Begitupun adik dan kakak. Sedangkan aku hanya membersihkan rumah untuk acara tahlilan nanti malam.

"Duhai langit! Jangan mendung. Berikan aku cahaya agar aku tidak mengikuti arus derasnya kehidupan."

Teh poci bendera Cina sudah datang bersama banyaknya makanan dari dosen, dengan lirikan paling nakal yang pernah ada.

"Ya Rab, kumpulkanlah  keberanianku untuk membuat hidup ini menjadi lebih sederhana lagi."

Sesayup suara azan magrib memanggil, aku bersujud meminta banyak kebahagiaan untuk seluruh keluargaku.

Bersambung,

Jakarta, 17 Desember 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun