Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ajari Aku Menjadi Dewasa

17 Desember 2019   12:55 Diperbarui: 18 Desember 2019   15:14 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sedang sibuk dengan trauma hari ini, Pak! Sudahlah, ada aku di sini yang akan mengurus ayah."

Setelah beberapa jam menunggu, pada akhirnya jenazah ayah mampu kubawa pulang. Dengan disambut oleh wajah sayu ibu, akhirnya ayah kembali ke rumah kami yang sedikit rusak pada bagian depan, terutama pintu.

Kemudian kakak menghisap kembali rokok yang dia panen saat mencari bagian tubuh ayah tadi. Bayangkan saja saat dia menemukan berbungkus-bungkus rokok dalam mobil, pikiran tiba-tiba hanya fokus untuk mencari rokok dan tentunya lintingan tembakau lain yang lebih mengasyikan dan mahal harganya. Dia serupa menemukan harta Karun yang paling diinginkannya saat ini.

Entahlah, mengapa hari itu aku hanya sibuk memikirkan tubuh ayah saja, tanpa memperhatikan kakak yang sedang mencoba untuk merusak masa depannya, juga adik yang begitu sangat trauma dengan semua kejadian ini. 

Untung saja wajah ibu tidak memunculkan titik-titik air yang akan membuatku repot nantinya. Sebab melihat kesedihan adalah hak paling sakit daripada mendapatkan hinaan.

"Borjois, biar kakakmu saja! Kau sudah nampak keletihan. Bantu saja ibumu." Kata paman sambil memanggil kakak.

"Tidak, Paman! Kakak dan adikku sudah cukup dengan kejadian hari ini. Maka biarkan aku yang menyelesaikannya sampai akhir."

"Borjois, uang pemakaman tidak cukup!" Kata ibu kepadaku.

Melihat lirikan dosen bahasa Inggris yang rumahnya dekat sekolah adikku, kemudian menghampirinya dan mencoba menawarkan tubuhku.

"Harga yang tidak sebanding, Borjois!"

"Tubuhku ini hanya satu dan masih fresh. Jika tidak dijual mahal, maka kemungkinan besar tubuh ini akan koyak oleh belati tanda penyerahan kepada kehidupan. Jika Tuan tidak mau, maka akan kutawarkan kepada kawanmu yang lebih kaya lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun