Di tengah perjalanan, kereta Karna itu dihadang tiga punakawan -- Petruk, Gareng, dan Bagong. Sudah dapat ditebak apa yang menjadi tujuan Petruk atas penghadangan kereta Karna itu. Tak lain dan tak bukan, karena Petruk ingin meminta pelunasan upah saat melaksanakan tugas menyampaikan pesan Bisma pada Abimanyu pada dua hari silam. Pelunasan upah yang masih ditangguhkan.
"Aku tahu, Truk." Karna membuka pembicaraan tanpa turun dari kereta. "Kalau kamu, Gareng, dan Bagong menghalangi jalan keretaku karena ingin meminta kekurangan upah dariku bukan?"
"Sungguh luar biasa, Kangjeng Adipati Benar-benar Kangjeng Adipati adalah seorang yang ngerti sadurunge winarah. Tahu sebelum terjadi."
"Sudahlah, Truk! Kalau ngomong tak usah dakik-dakik! Suka memuji pada seseorang yang ujung-ujungnya hanya minta uang." Karna sejenak terdiam untuk memalingkan wajahnya ke belakang dimana mayat Abimanyu semakin membiru. "Baiklah, Truk. Kali ini, aku akan melunasi hutangku yang kemarin. Aku juga akan memberikan upah untuk tugas baru yang harus kau laksanakan."
"Wow!" Wajah Petruk berbinar-binar. "Tugas apa Kangjeng Adipati?"
"Sampaikan kabar duka pada Adinda Arjuna! Abimanyu telah gugur di medan laga!"
"Gus Abimanyu gugur, Kangjeng Adipati?"
"Benar."
"Siapa yang membunuhnya?"
"Jayadrata."
"Kangjeng...." Petruk mengusap air mata yang menetes di pipinya atas gugurnya Abimanyu. Salah seorang tuannya yang sangat dicintainya semenjak masih kecil. "Sekarang dimana jasad Gus Abimanyu, Kangjeng Adipati. Biarlah hamba serahkan pada Tuan Yudistira dan Gusti Prabu Kresna."