Di hadapan Arjuna, wajah Srikandi serupa piringan tembaga terbakar. Kepada suaminya, Srikandi meluncurkan amarahnya. Namun seusai Kresna menanyakan penyebab kemarahannya, Srikandi melontarkan jawaban, "Bagaimana aku tak marah, Kanda Prabu? Ada musuh yang menantang lantang di palagan, sementara yang ditantang tak bereaksi. Tak aku duga, kalau Kanda Arjuna tak ubah seorang banci yang takut akan perang dan kematian."
"Sabar! Sabar, Srikandi." Kresna meredam api kemarahan Srikandi yang berkobar-kobar. "Memangnya siapa yang menantang Arjuna?"
"Susarma. Raja Trigatra. Senapati perang Korawa, Kanda Prabu."
Menyimak penuturan Srikandi yang meletup-letup itu, Kresna hanya tersenyum dingin.
"Kenapa Kanda Prabu Kresna hanya tersenyum. Seolah Kanda Prabu meremehkanku?"
"Bukan aku bermaksud meremehkanmu. Aku hanya heran kenapa kau yang sudah sekian lama menjadi panglima perang ternyata belum mengetahui rahasia dalam perang. Kalau kau memahaminya, tentu tak akan marah-marah pada Arjuna. Ketahuilah! Rahasia dalam perang adalah menaklukkan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin aku mengijinkan Arjuna untuk menghadapi Susarma, bila suamimu itu belum mampu menaklukkan nafsunya sendiri. Dengan menaklukkan nafsunya sendiri, Arjuna akan mampu menyempurnakan lawan tanding pada kematiannya. Bukan membunuh musuh yang hanya menambah dosa di dunia. Kau paham itu, Srikandi?"
"Aku paham. Cuma yang tak aku pahami, sampai kapan Kanda Arjuna sanggup menaklukkan nafsunya sendiri?"
"Tanyalah sendiri pada suamimu!"
Sebelum Srikandi melontarkan pertanyaan, Arjuna meninggalkan tempat itu. Seusai mengenakan baju zirah dan topong di kepala, Arjuna melompat ke gigir kuda putih yang dikenal dengan Kyai Tunjungseta. Dengan menghunus keris Kyai Kalanadah, Arjuna melarikencangkan Kyai Tunjungseta ke medan laga. Membelah sisa-sisa pasukan Trigatra yang masih bertarung dengan pasukan Glagah Tinulu. Tak ada arah yang hendak dituju oleh Arjuna, selain tempat dimana Susarma tengah beradu kesaktian dengan Trustajumena.
"Mundur, Trustajumena!" pinta lantang Arjuna pada adik iparnya itu.
Mendengar perkataaan itu, Trustajumena memberikan ruang pada Arjuna untuk bertanding satu lawan satu dengan Susarma. Dari atas kudanya, Trustajumena menyaksikan pertarungan sengit antara Arjuna dan Susarma. Pertarungan hebat seperti pertarungan dua cahaya kilat di udara, sesudah keduanya melenting terbang dari gigir kudanya masing-masing.