Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Makam Eyang Jaga

25 Februari 2018   03:56 Diperbarui: 25 Februari 2018   05:30 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Limapuluh juta."

"Tak hanya limapuluh, seratus pun aku bayar. Bila Eyang Jaga berhasil melindungiku. Cepat! Sekarang sampaikan tujuan ziarahku itu pada Eyang Jaga!"

Martakunci melaksanakan perintah peziarah itu. Seusai kewajibannya dilaksanakan, Martakunci mendapatkan separuh haknya. Duapuluhlima juta sebagai dp uang wajib. Sepeninggal peziarah yang telah mendapatkan nomer ponselnya itu, Martakunci bergegas pulang. Saat menyaksikan uang di tangan, Martakunci merasakan tubuhnya melayang-layang serupa balon di udara. Keinginannya untuk mengambil motor baru tanpa kredit akan segera terlaksana esok hari.

***

Pagi masih buta. Martakunci sudah terbangun untuk membeli motor di kota. Namun sebelum meninggalkan rumah, Martakunci mendapatkan pesan Wa dari nomer yang belum terdaftar di phonebook androidnya. "Pagi ini, akan aku lunasi uang wajibnya. Tolong bapak ke kota. Aku tunggu di Kafekafe Resto. Jl. Rajawali 5...."

Membaca pesan WA yang diduga dari nomer android peziarah semalam, wajah Martakunci berbinar. Dengan motor butut, Martakunci pergi ke Kafekafe Resto. Baru duduk di salah satu kursi restoran itu, Martakunci didatangi seorang lelaki tak dikenal. "Apakah Bapak juru kunci Makam Eyang Jaga di Watugaleh?"

"Benar."

"Apakah semalam, Bapak mendapatkan pemberian uang sebanyak duapuluhlima  juta dari seorang peziarah?"

"Benar."

Tanpa sepatah kata, lelaki tak dikenal itu menyeret Martakunci ke dalam mobil sedan. Sepanjang perjalanan, Martakunci berteriak-teriak sambil memohon kepada lelaki itu untuk mengeluarkannya dari dalam mobil. Namun mobil terus melaju kencang menuju gedung di Jalan Pengadilan 1.

Setiba di halaman gedung yang dituju, Martakunci dikeluarkan dari mobil layaknya seorang pesakitan. Membaca tulisan KPK pada papan nama yang dipajang di depan gedung itu, pandangan Martakunci berkunang-kunang. Ketika menyaksikan peziarah laki-laki yang semalam memberikan uang duapuluhlima juta itu keluar dari dalam gedung dengan mengenakan rompi tahanan, Martakunci pingsan. Tak lagi mendengar suara sekawanan wartawan yang memberondongkan pertanyaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun