Pos Kamling—singkatan dari Pos Keamanan Lingkungan—yang telah lama menjadi simbol gotong royong dan solidaritas warga dalam menjaga ketertiban.
**
Di tengah dinamika kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, kebutuhan akan rasa aman menjadi salah satu prioritas utama. Keamanan bukan hanya tanggung jawab aparat negara, tetapi juga merupakan hasil dari partisipasi aktif warga dalam menjaga lingkungan mereka sendiri.Â
Salah satu bentuk nyata dari partisipasi tersebut adalah keberadaan Pos Kamling—singkatan dari Pos Keamanan Lingkungan—yang telah lama menjadi simbol gotong royong dan solidaritas warga dalam menjaga ketertiban.Â
Pos Kamling mulai dikenal luas di Indonesia sejak era 1980-an sebagai bagian dari sistem keamanan swakarsa. Filosofinya kuat: keamanan dimulai dari rumah dan lingkungan sekitar.
Dengan membentuk kelompok ronda malam dan mendirikan pos jaga, warga menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap keselamatan bersama. Pos Kamling bukan sekadar bangunan kecil di sudut gang atau perempatan jalan. Ia adalah representasi dari nilai-nilai luhur kebersamaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap sesama.Â
Di dalamnya, warga bergiliran berjaga, saling mengenal, dan membangun komunikasi yang erat—hal yang semakin langka di era digital.
Seingat saya, terakhir kali saya mengikuti ronda malam adalah pada tahun 2003-2004, ketika saya masih bertugas di daerah Berau, setelah pindah tugas dari wilayah transmigrasi ke salah satu kampung di sekitarnya. Pos kamlingnya, berada di ujung jalan kampung.Â
Ada pengalaman lucu sekaligus hangat waktu ronda malam di pos kamling bareng warga kampung. Entah kenapa, yang kena giliran jaga justru teman-teman sesama guru. Kami dapat jadwal jaga yang disusun Pak RT, pas malam minggu. Momen libur sekolah yang mestinya buat istirahat, malah jadi ajang ngobrol sambil ngopi di bawah lampu minyak.Â
Meski capek, suasananya tetap seru—ada canda, cerita, dan rasa kebersamaan yang bikin malam terasa lebih ringan. Sebelum keliling kampung, suasana di pos kamling udah duluan rame dan hangat—ngobrol ngalor-ngidul, ngopi bareng, kadang diselingi tawa kecil yang bikin malam terasa akrab.
Disinilah cerita-cerita lahir—tentang masa kecil, tentang panen yang gagal, tentang anak yang merantau, atau sekedar keluhan soal harga sembako.Â