Mohon tunggu...
Ibnu Sadan
Ibnu Sadan Mohon Tunggu... Jurnalis - https://bit.ly/belajarviainternet

Orang sukses berperilaku terhormat

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cerita Tukang Parkir dengan Presiden

23 Juli 2011   01:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:27 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan saya pagi ini terinsiprasi dari seorang petugas parkir. Nama panggilannya John, aku teringat nama Pak  Johan Wahyudi penulis kompisiana yang sangat inspiratif itu. Tapi John yang ini jelas bukan Pak Johan Wahyudi. Dia membuka lapak parkirnya dekat pasar sayur, bukan di Kompasiana.  Anak buahnya dua orang, kenderaan yang parkir di lapaknya selalu berjubel.

Sejak pukul 5.30 pagi, terlihat dia dan dua anak buahnya selalu sibuk. Setiap orang hendak ke pasar yang datang dari rumahnya dengan kenderaan roda dua, begitu tiba depan lapak parkir milik John, langsung turun meninggalkan kenderaannya ngeloyor masuk ke pasar. John dan anak buahnya mengambil alih kenderaan tersebut, mendorongnya, dan mengatur dengan barisan yang tertib.

Setiap saat ketiga petugas parkir ini selalu sibuk. Mengatur kenderaan yang baru datang atau mengeluarkan kenderaan yang mau pulang. Yang istimewa, lapak-lapak parkir lain di sekitar lapak parkir milik John, justru terlihat sepi. Penjaga-penjaganya yang hanya sendirian terlihat santai saja karena tak banyak kenderaan yang parkir di situ.

Melihat fenomena itu, aku penasaran ingin tahu. Kucuri waktu, kuajak John berbincang-bincang, dan disinilah kudapatkan sebuah pelajaran baru, yang nilainya menurutku melebihi nasihat seorang maha guru.

Intinya, inilah pandangan hidup dan keyakinan John. SEMUA MAKHLUK HIDUP DI DUNIA INI PADA HAKIKATNYA TIDAK LEBIH DARI SEORANG TUKANG PARKIR. Kenapa bisa begitu?  Bacalah tulisan ini selanjutnya!

Saya ini tukang parkir, ujar John, sejak awal terjun kemari saya sudah menanam tekad untuk memperlakukan apa pun yang diparkir di tempat saya akan saya jaga melebihi penjagaan pemiliknya. Kalau pun tidak bisa seperti itu, ya sama dengan penjagaan pemilik itu sendiri, cukuplah.

"Dan itu juga yang saya tanamkan kepada dua kolega saya ini," tambah John seraya menjelaskan, ternyata apa yang dilakukan itu hasilnya sungguh sangat menggembirakan. Lalu John menambahkan, dia tidak merasa minder dengan memberi layanan lebih kepada orang-orang yang parkir di tempatnya. Tidak hanya kenderaan saja yang dijaga, malah kalau ada orang menitip barang dulu sebagian sambil mau membelanjakan yang lain, barang-barang itu pun dijaga dengan baik.

Menurut pandangan John, mengapa dia harus malu dengan status tukang parkir, bukankah jika semua orang mau jujur, sebenarnya semua orang walaupun mau mengakui ataupun tidak pada hakikatnya tukang parkir juga. Tegasnya, pendeka kata, Tuhanlah yang memarkirkan nyawa kepada kita sehingga kita hidup.

Aku tertegun, belum pernah mendengar pernyataan seperti ini sebelumnya. Sederhana, tapi kebenarannya tak dapat digugat. Andaikan semua orang bisa berpikir seperti John berpikir, amanlah dunia ini.

Aku terharu. Ternyata aku juga tidak lebih dari seorang tukang parkir, hari ini kesehatan dan kewarasan masih diparkirkan kepadaku, dan banyak juga yang lain-lain yang tidak  sanggup kusebutkan satu per satu. Dan aku malu. Sebuah pertanyan, diam-diam menyelinap ke dalam dadaku,  apakah jika apa saja yang hari ini masih diparkirkan kepadaku suatu saat dimabil kembali dengan tiba-tiba, apakah aku bisa rela dan ikhlas menerimanya? Seperti sikap Bang John, ketika melayani pemilik kenderaan saat mereka mengambil kembali kenderaannya yang diparkir di tempatnya.

Dan ternyata, seorang Presiden pun pada hakikatnya tukang parkir juga. Karena suatu saat jabatanh itu pun bisa saja diambil kembali oleh pihak yang memarkirkan kepadanya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun