Mohon tunggu...
ABU BAKAR
ABU BAKAR Mohon Tunggu... Guru - Guru Otomotif di SMKN 1 Kawali Kabupaten Ciamis

Saya adalah guru Dasar program keahlian Otomotif di SMKN 1 Kawali Kabupaten Ciamis Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

18 April 2023   16:10 Diperbarui: 18 April 2023   16:16 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

3.1.A.8.1. RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI - MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS 

NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

Oleh: Abu bakar, S.T

(CGP Angkatan 7 SMKN 1 Kawali)

Salam dan Bahagia Bapak/Ibu Calon Guru penggerak!


Pada rangkuman koneksi antar materi modul 3.1 ini, saya akan memaparkan pengalaman belajar selama mempelajari modul 3.1 mengenai “Pengambilan Keputusan berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin” dan melakukan refleksi dengan mengaitkan materi-materi yang sudah dipelajari maupun kaitannya dengan materi di modul lain yang akan disajikan dalam bentuk jawaban atas pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan pada LMS dengan sesunan sebagai berikut:

A.  MENJAWAB PERTANYAAN PEMANTIK

1. Kutipan pertama

Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert.

Dari kutipan di atas,

1) Apa  kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Jawaban: kaitan antara kutipan di atas dengan pembelajaran saat ini adalah nilai-nilai kebajikan memiliki nilai urgensi yang lebih dibandingkan dengan sekedar kemampuan kognitif saja, karena nilai-nilai kebajikan seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi merupakan hal yang utama dalam hidup seseorang. Dalam mengambil suatu keputusan, sering kita bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika atau nilai-nilai kebajikan. Etika di sini tidak berkaitan dengan preferensi pribadi seseorang, namun merupakan sesuatu yang berlaku secara universal. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti. Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan berlaku secara universal, dimana dan kapunpun nilai-nilai ini selalu menjadi pijakan utama dalan tindakan manusia. Dalam  menghadapi permasalah-permasalahan yang ada kaitannya dengan tindakan sosial kita harus menjadikan nilai-nilai kebajikan sebagai pijakan utama, dan inilah yang dipelajari dalam modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis  nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin.

2) Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Jawaban: Nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip kebajikan yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan sangat berdampak pada lingkungan dimana kita berada karena nilai-nilai kebajikan berlaku secara universal sehingga apabila dalam mengambil keputusan kita mempertimbangkan aspek-aspek  nilai kebajikan maka setiap orang yang berada dilingkungan akan merasakan dampak positifnya, sebaliknya apabila dalam mengambil keputusan bertolak belakang atau melanggar nilai-nilai kebajikan maka orang-orang yang ada dilingkungan kita atau orang-orang yang terkait dengan permasalahan yang sedang diputuskan akan merasakan dampak negatifnya.

3) Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Jawaban: pengambilan keputusan yang diambil oleh seorang guru harus mempertimbangkan hak-hak dan kepentingan muridnya yang berupa kebutuhan belajar mereka. Setiap keputusan yang diambil oleh guru dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan murid harus berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan agar keputusan tersebut tidak merugikan kebutuhan belajar murid yang merupakan hak mereka. Murid adalah pusat pembelajaran dengan demikian setiap pengambilan keputusan yang diambil oleh seorang guru baik itu di kelas ataupun disekolah tujuan utamanya harus adlam rangka memenuhi kebetuhan belajar murid.

2. Kutipan Kedua

Education is the art of making man ethical” (Georg Wilhelm Friedrich Hegel) artinya: Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

Pertanyaan: Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda!

Jawaban: menurut  pendapat saya maksud kutipan di atas jika dikaitkan dengan modul 3.1 Pengambilan Keputusan berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin adalah bahwa etika atau nilai moral dan norma yang menjadi pedoman, baik bagi suatu individu maupun suatu kelompok, dalam mengatur tindakan atau perilaku sangat penting dalam menjalankan laku kehidupan, sehingga pendidikan merupakan salah satu bagian penting dalam membentuk etika setiap individu pembelajar atau murid. dalam modul ini dibahas mengenai pengambilan keputusan dimana ada dua buah etika atau nilai-nilai kebajikan yang saling berlawanan atau bertentangan. Dalam proses pengambilan keputusannya harus mempertimbangkan nilai kebajikan mana yang memiliki dampak positif paling banyak dan memiki dampak negatif yang paling sedikit sehingga keputusannya tidak merugikan banyak orang dan walaupun tidak bisa memusakan keniginan semua orang.

B. MENJAWAB PERTANYAAN REFLEKTIF

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Jawaban: Pratap triloka Ki Hajar Dewantara terdiri atas tiga semboyan yaitu “Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani”. semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan, di tengah membangun motivasi, dan "di belakang memberikan dukungan". Jika dikaitkan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin maka triloka tersebut sangat relevan karena bisa menjadi salah satu faktor penting sebagai acuan dalam penentuan keputusan. Misalnya  kalimat “Tut wuri handayani” yaitu di belakang memberikan dukungan itu mengharuskan seorang pemimpin untuk tetap memberikan dukungan terutama secara moral kepada yang dipimpinnya dalam setiap kebijakan atau keputusan yang dibuat.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Jawaban: setiap orang akan melakukan apa yang dia yakini sebagai landasan hidupnya. Termasuk dalam prinsip-prinsip pengambilan keputusan, orang akan memutuskan sesuatu berdasarkan nilai-nilai atau keyakinan yang ada dalam dirinya. Misalnya jiga sesorang memiliki nilai kebajikan yang berupa kasih sayang kepada sesama maka dalam setiap pengambilan keputusannya akan mempertimbangkan unsur rasa kasih sayang tersebut.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Jawaban: Dalam mengambil sebuah keputusan yang sifatnya dilema etika dan melibatkan dua orang atau lebih tentunya saja dalam prosesnya harus ditempuh dengan sangat hati-hati, salah satunya adalah dengan melakukan komunikasi atau dialog yang konstruktif dengan menggunakan prinsip kemitraan dengan pihak-pihak yang terlibat. Dalam proses dialog tersebut tentunya prinsip-prinsip coaching harus dilakukan yaitu, kemitraan, proses, kreatif dan memaksimalkan potensi. Keputusan yang diambil berdasarkan nilai-nilai kebajikan dan dalam tahapannya melakukan proses coaching kepada pihak-pihak yang terlibat setelah proses pengujian ternyata lebih efektif hasilnya karena keputusan yang dimbil teresebut merupakan keputusan yang dampak positifnya lebih banyak dan bisa dirasakan oleh semua pihak yang terkait sementara dampak negatif lebih kecil, selain itu keputusan dan solusi yang diambil terkadang merupakan solusi yang dibuat oleh mereka sendiri yang dismapikan pada proses coaching sehingga kesadaran untuk menjalankan keputusan tersebut

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Jawaban: Kemampuan guru dalam mengelola kompetensi sosial emosionalya sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan dilema etika, karena guru yang memiliki kompetensi sosial emosional yang baik  akan memiliki kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan, kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi, kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda, kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif, kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok. Semua kompetensi sosial emosional tersebut akan menjadikan keputusan yang diambil menjadi lebih matang baik secara sosial maupun secara emosional.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Jawaban: Seorang pendidik harus memiliki nilai-nilai kebajikan yang mengkarakter menjadi kepribadian seorang guru sehingga semua ucapan dan tindakanya merupakan implementasi dari nilai-nilai kebajikan yang dianutnya, salah satunya adalah pada permasalahan moral atau etika dimana proses penyelesaiannya akan sangat tergantung dari nilai-nilai kebajikan yang dianut oleh pendidik tersebut. Misalnya kasus siswa yang terbukti menggunakan narkoba padahal sudah kelas 12 SMK sebentar lagi lulus sekolahnya. Disitu akan muncul dilema etika yaitu yaitu antara 2 nilai kebajikan, keadilan lawan rasa kasihan. Apakah siswa tersebut harus dikeluarkan karena melanggar aturan sebagai bentuk keadilan dimana peraturan harus ditegakkan tanpa pandang bulu, atau siswa tersebut dimaafkan karena kasihan sebentar lagi akan lulus sekolahnya sambil siswa tersebut dilakukan proses rehabilitasi. Pengambilan keputusannya tentunya saja memerlukan landasan nilai-nilai kebajikan yang dianut oleh pengambil keputusan yang tentunya saja merupakan seorang pendidik.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Jawaban: salah satu ciri pengambilan keputusan yang tepat adalah keputusan tersebut memiliki dampak positif yang lebih banyak dibandingkan dampak negatifnya. Walaupun keputusan tersebut tidak mungkin memuaskan semua orang tetapi yang paling penting keputusan tersebut tidak merugikan orang lain sehingga akan tercipta lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Jawaban: Tantangan dilingkungan saya dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika adalah perbedaan pendapat antara para pemangku kepentingan dalam hal ini guru-guru karena paradigma mereka terhadap penyelesaian kasus dilema etika yang berbeda-beda, kebanyakan mereka masih mengedepankan penanganan secara represif. Maka perubahan paradigma tentanng pengambilan keputusan untuk kasus-kasus dilema etika harus segera dilakukan baik melalui kegiatan deseminasi maupun melalui melalui proses dialog yang konstruktif dengan menggunakan prinsip kemitraan. 

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Jawaban: proses pengajaran yang memerdekakan adalah peroses pengajaran yang menuntun murid di dalam mereka mengembangkan potensi-potensi positif yang ada, yang dilandasi dari kebebasan di dalam mengeksplorasi potensi-potensi tersebut, bebas dari berbagai tekanan baik dari tekanan dari dalam diri individu murid tersebut, maupun dari dalam luar diri. Keputusan seorang guru tentang bagimana menentukan, pendekatan, model, strategi, metode, dan teknik pengajaran akan sangat berpengaruh terhadap konsep memerdekakan murid-murid. Pendekatan, model, strategi, metode, dan teknik pengajaran yang tepat akan dapat memerdekakan murid-murid yaitu berupa berkembangnya potensi-potensi positif mereka, yang dilandasi dari kebebasan di dalam mengeksplorasi potensi-potensi tersebut.

Memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yangberbeda-beda dengan menggunakan model pembelajaran berdeferensiasi yaitu dengan membuat tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid dengan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda, menciptakan lingkungan belajar yang  “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi, membuat manajemen kelas yang efektif yaitu guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang mungkin berbeda-beda, namun kelas tetap dapat berjalan secara efektif, melakukan penilaian berkelanjutan yaitu denganmenggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan, dan kemudian menyesuaikan rencana dan proses pembelajaran.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Jawaban: searang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya dengan cara melakukan proses pembelajaran yang berpihak berpihak pada murid, megajarkan murid untuk mandiri, bisa berkolaborati dengan yanglain, menumbuhkan jiwa inovatif pada murid-murid, dan mengajarkan untuk reflektif dalam setiap aktifitas pembelajaran.

10. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Jawaban: Modul 3.1 Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin merupakan modul yang kompetensinya merupakan gabungan dari kompetensi modul-modul sebelumnya yaitu pengusaan tentang filosofi pemikiran Ki hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, penerapan budaya positif dilingkungan sekolah, pemeblajran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid, pembelajaran sosial, mampu melakukan coaching supervisi akademik. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin harus berdasarkan pertimbangan yang matang dan berdasarkan tinjauan dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan demikian langkah-langkah dalam pengambilan keputusan merupakan proses ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan sehingga hasil dari keputusan tersebut tidak akan berdampak negatif kedepannya.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Jawaban: Dilema etika merupakan sebuah situasi dilematis yang terjadi ketika seseorang harus memilih antar dua pilihan. Di mana kedua pilihan benar secara moral, tetapi bertentangan. Bujukan moral adalah sebuah situasi ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau salah. 4 paradigma pengambilan keputusan dilema etika adalah sebagai berkut:

1) Individu lawan kelompok (individual vs community)

Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu lawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Paradigma ini, bisa juga berhubungan dengan konflik antara kepentingan pribadi lawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil lawan kelompok besar.   ‘Individu’ di dalam paradigma ini tidak selalu berarti ‘satu orang’, tapi dapat juga berarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan kelompok yang lebih besar. ‘Kelompok’ dalam paradigma ini dapat berarti kelompok yang lebih besar lagi, bisa berarti kelompok masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok  keluarga, atau keluarga Anda.  Dilema individu melawan kelompok adalah tentang bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil, dan apa yang benar untuk kelompok yang lebih besar. Sebagai guru terkadang kita juga harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengerjakan sebuah tugas,  sementara ada kelompok lain yang dapat menyelesaikannya dengan lebih cepat sehingga mereka sudah siap untuk masuk ke pelajaran berikutnya, apakah keputusan yang akan diambil oleh guru?  Dalam situasi ini, guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.

2)Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy

Dalam paradigma ini,  pilihannya adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk berlaku adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang,  atau membuat pengecualian dengan alasan  kemurahan hati dan kasih sayang.   Terkadang memang benar untuk berpegang teguh pada peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan) Misalnya ada peraturan di rumah, Anda harus ada di rumah pada saat makan malam. Misalnya suatu hari Anda pulang ke rumah terlambat karena seorang teman membutuhkan bantuan Anda. Situasi ini dapat menunjukkan dilema keadilan lawan rasa kasihan,  terhadap orang tua Anda. Apakah ada konsekuensi dari melanggar peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk makan malam, atau  haruskah orang tua Anda membuat pengecualian?

3) Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty

Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika.  Kadang kita harus memilih antara jujur atau setia (atau bertanggungjawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu,  atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya. 

Pada situasi perang, tentara yang tertangkap terkadang harus memilih antara  mengatakan yang sebenarnya kepada pihak musuh atau tetap setia kepada teman tentarayang lain. Hampir dari kita semua pernah mengalami harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang  dalam masalah. Ini adalah salah satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan kesetiaan.

4) Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term) 

Paradigma ini  paling sering terjadi dan mudah diamati. Seringkali kita harus memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi pada hal-hal yang setiap harinya terjadi pada kita, atau pada lingkup yang lebih luas misalnya pada isu-isu dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dan lain lain.  Sebagai orangtua, kita seringkali harus membuat pilihan ini,  contohnya: ketika kita harus memilih antara seberapa banyak uang untuk digunakan sekarang dan seberapa banyak untuk ditabung nanti. Pernahkah Anda harus memilih antara menggunakan uang anda untuk makan favorit Anda atau berlatih instrumen musik atau berolahraga? Bila iya, Anda telah membuat pilihan antara jangka pendek melawan jangka panjang.

3 Prinsip Pengambilan Keputusan:

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan:

1) Mengidentifikasi nilai-nilai yang saling bertentangan

Melihat  permasalahan dilema etika yang sedang dihadapi dan mengidentifikasi apakah ada nilai-nilai kebajikan yang saling bertentangan  seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan  akan hidup. 

2) Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Mengidentifikasi  siapa saja yang terlibat dalam permasalahan dilema etika yang sedang dihadapi, sehingga akan lebih memperjelas dalam menentukan keputusan yang tepat kedepannya.

3) Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

Proses pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya.  Data-data tersebut penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail akan menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. saya juga harus bisa menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.  

4) Pengujian benar atau salah

Dalam pengujian benar atau salah ada beberapa pengujian yang akan saya lakuka, yaitu:

  • Uji Legal, Pertanyaan penting di uji legal ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila jawabannya adalah iya, maka situasi yang ada bukanlah antara benar lawan benar (dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan moral). Keputusan yang harus diambil dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak, dan keputusan ini bukan keputusan yang berhubungan dengan moral.
  • Uji Regulasi/Standar Profesional, bila situasi yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum di dalamnya, saya akan menguji, apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik di dalamnya. Seseorang tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi, tapi akan kehilangan respek sehubungan dengan dalam profesi.
  • Uji Intuisi, Langkah ini akan mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi saya dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat saya merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang saya yakini.  Walaupun mungkin saya tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.
  • Uji Publikasi, saya akan menanyakan perasaan saya bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan menjadi viral di media sosial, sesuatu yang saya anggap merupakan ranah pribadi tiba-tiba menjadi konsumsi publik? Saya akan membayangkan bila hal itu terjadi. Bila saya merasa tidak nyaman kemungkinan besar saya sedang menghadapi benar situasi benar lawan salah atau bujukan moral. 
  • Uji Panutan/Idola, dalam langkah ini membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan, misalnya ibu. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi dan orang yang sangat berarti bagi. 
  • Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.   Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.  Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta meletakkan diri pada posisi orang lain.  Bila situasi dilema etika yang dihadapi gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil resiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri  karena situasi yang  dihadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral yaitu benar atau salah

5) Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang sedang dihadapi ini?

  • Individu lawan kelompok (individual vs community)
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  • Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang dihadapi betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang samasama penting.

6) Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan kemungkinan yang akan saya pakai?

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

7) Investigasi Opsi Trilema

Dalam mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa saya pilih. Terkadang perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada. bertanya pada diri sendiri,  apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema. 

8) Buat Keputusan

Akhirnya saya akan sampai pada titik di mana saya harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

9.) Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusannya dan ambil pelajraan untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus dilema etika yang mungkin akan dihadapi kedepannya.

Dari materi yang sudah pelajari tidak ada hal-hal yang diluar dugaan.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Jawaban: Pernah. Pada waktu itu saya memutuskan kasus/permasalahan tersebut tidak menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan, tetapi hanya mempertimbangkan beberapa aspek saja, diantaranya kalau memutuskan hal teresbut melanggar hukm atau tidak, kemudian seberepa besar aspek manfaat atau postifnya dan seberapa besar aspek negatifnya. Setelah saya memutuskan hasilnya. Perbedaannya kalau sekarang saya memutuskan kasus dilema etika dengan menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Jawaban: Dampak mempelajari konsep modul ini buat saya sangat besar karena saya bisa memutuskan permasalahan yang sifatnya dilema etika dengan menggunakan prosedur yang tepat. sesudah mempelajari modul 3.1 ini saya bisa mengambil keputusan atas sebuah permasalahan dengan penuh keyakinan dan rasa percaya diri.

 14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Jawaban: modul 3.1 Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpinini sangat penting bagi saya baik secara individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran karena dalam modul ini saya belajar tentang bagaimana langkah pengambilan keputusan yang benar melalui 9 langkah pengambilan keputusan. Metode 9 langkah dalam pengambilan keputusan ini bisa dipergunakan dalam permasalahan saya sebagai individu maupun permasalahan-permasalahan saya dikelas sebagai pemimpin pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun