Mohon tunggu...
Abioyiq
Abioyiq Mohon Tunggu... Administrasi - Pegendara Masa

Menulis menyalurkan redundansi agar tak menjadi keruntuhan diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Masih di Sini

4 Oktober 2019   22:38 Diperbarui: 4 Oktober 2019   22:42 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku hadir dari sel telur ibunda
Menerima benih entah dari siapa
Dirawat lelaki bernama Bapak
Sosok yang kupahami siapa kelak

Aku besar dalam riuh drama 18 episode
Lalu melarung pulau tepi barat 20 masa
Membina serpih jiwa yang hampir tak bersisa
Bersahabat bersama ejekan-ejekan berparade

Jika engkau dengan sombong menjamu sedih bertandang
Ketahuilah aku sanggup membuat sedih tergelak dalam canda
Jika engkau dengan malu mengaku gembira berjalan pulang
Pahamilah aku mampu mengajak gembira singgah di beranda

Aku tak jua mengerti
Mengapa nestapa tak kunjung berpamitan
Beringsut dari kekonyolan pun ia enggan
Bak orang mati

Aku hidup dalam ketidakjelasan
Menjalani alur hidup yang tampak sahaja
Membawa penyesalan keputusan
Bersama ketentuan Tuhan yang meraja

Aku terlalu sering menyumbat telinga
Demi hati yang terlalu bising
Menyuarakan keluhan berdesing
Dimuntahkan rahang yang terus menganga

Tapi aku masih di sini
Membawa status anak haram
Aku masih terus di sini
Menahan birrul walidain yang karam
Dan aku masih di sini
Bersama genang asa yang gagal menguap

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun